Senin, 22 Desember 2025

Fahmy Alaydroes: Pancasila adalah Inti Ajaran Islam

- Senin, 22 November 2021 | 11:30 WIB

METROPOLITAN - Bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Teknologi Nurul Fikri dan DPD PKS Kabupaten Bogor, ang­gota MPR dari F-PKS, Dapil Jawa Barat V, Habib Fahmy Alaydroes, menggelar acara Sosialisasi 4 Pilar MPR RI di gedung DPTD PKS di bilangan Jalan Tegar Beriman Pemda, Cibinong. Dalam acara tersebut, Habib Fahmy mengingatkan pen­tingnya memahami Panca­sila secara utuh, baik dan benar. Pemahaman Panca­sila dengan baik itu penting agar tidak menimbulkan ke­gaduhan dan kekacauan da­lam bernegara. Pancasila bukan musuh agama. Panca­sila bisa diterima seluruh agama. Bahkan, penerimaan Pan­casila dalam Islam lebih kental dari agama-agama lain. ­ Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa, sejalan dengan surat Al-Ikhlas ayat 1: ”Kata­kanlah Dialah Allah Mahaesa.” Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, sejalan dengan Surat An-nisa ayat 136: ”Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi ka­rena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kera­batmu.” Sila Ketiga: Persatuan Indo­nesia, sejalan dengan Surat Al-Hujurat ayat 13: ”Wahai manusia! Sungguh, Kami te­lah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.” Sila Keempat: Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permu­syawaratan dan Perwakilan, sejalan dengan Surat Asy-Syuraa ayat 38: ”Sedang uru­san mereka (diputuskan) dengan musyawarah antar­mereka.” Juga sejalan dengan Surat Ali Imran ayat 159: ”Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.” Sila Kelima: Keadilan So­sial bagi Seluruh Rakyat In­donesia, sejalan dengan Surat An-Nahlayat 90: ”Sesungguh­nya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat ke­bajikan, memberi bantuan kepada kerabat dan Dia me­larang (melakukan) perbua­tan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pe­lajaran.” ”Lalu apa yang akan kita pertentangkan antara Islam dengan Pancasila?. Panca­sila sejalan dengan Islam. Bahkan inti ajaran Islam itu adalah Pancasila,” papar Fahmy. Di samping itu, ia juga meng­ingatkan, sejak lama umat Islam Indonesia memiliki hubungan yang sangat baik dengan negaranya. Bahkan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan warisan jihad ulama dan umat Islam. Karena itu, umat Islam harus aktif mengisi kemerde­kaan sebagai bentuk syukur kepada Allah dan terima ka­sih kepada para ulama. Di antaranya ikut aktif berparti­sipasi dalam pembangunan serta mempertahankan keu­tuhan NKRI dari ancaman perpecahan. ”Sungguh disayangkan jika sampai sekarang masih ada umat Islam yang menganggap bahwa kehidupan demokra­si itu haram. Pemilu juga ha­ram, karena tidak dipraktek­kan di zaman nabi. Padahal mereka menikmati produk demokrasi, misalnya UU. Me­reka menggunakan UU seba­gai payung organisasi, me­reka menggunakan paspor, KTP, uang kertas bahkan jasa perbankan yang itu semua tidak dijumpai di masa Ra­sulullah,” tegas Habib Fahmy. Pernyataan tersebut dike­mukakan Habib Fahmy saat menyampaikan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di hada­pan mahasiswa Sekolah Tinggi Nurul Fikri yang seluruhnya berasal dari ber­bagai kecamatan di Kabupa­ten Bogor di gedung DPTD PKS, Kabupaten Bogor, Jumat (19/11). Tak hanya itu, Habib Fahmy menambahkan, keserasian hubungan antara umat Islam dengan negaranya juga kerap diusik kelompok masyarakat tertentu. Mereka itu kelompok Islamophobia. ”Mereka mengira antara Islam dengan Indonesia tidak ada hubungan apa pun. Itu terjadi karena mereka melu­pakan sejarah, melupakan pesan Bung Karno Jas Merah, jangan melupakan sejarah,” katanya. Padahal, sambung Fahmy, umat Islam dengan Indonesia memiliki keterkaitan yang sangat erat. Kalangan Nahd­liyin misalnya, orang NU tidak boleh melupakan kiprah be­sar KH Hasyim Asy’ari dengan resolusi Jihadnya. Sebab, ge­rakan ini mampu mengobar­kan semangat santri dan arek-arek Surabaya melawan pen­jajah Belanda yang melahirkan perlawanan pada 10 Novem­ber. ”Mereka tidak memikirkan upah dan jasa. Yang ada dalam benaknya adalah berjihad membela bangsa dan negara dari penjajahan, meski nyawa taruhannya,” tegas Habib Fahmy. Selain itu, ia mengajak para mahasiswa mempraktikkan nilai-nilai Pancasila mulai dari rumah masing-masing. Ia juga mengimbau masyara­kat tetap menerapkan proto­kol kesehatan (prokes) serta menjalankan pola hidup ber­sih dan sehat lantaran pan­demi corona belum usai. Pelaksanaan sosialisasi di kantor DPTD itu dilakukan dengan protokol kesehatan ketat. Semua peserta wajib mengenakan masker, men­jaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun. Bahkan, semua peserta dilarang berkerumun terlalu dekat.(*/eka/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X