METROPOLITAN - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor kembali menyurati pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terkait rencana pembangunan Stasiun Sukaresmi di Kecamatan Tanahsareal, Kota Bogor. Sebab, sejak dua kali bersurat pada 2016 dan 2017, belum ada kepastian terkait rencana pembangunan Stasiun Sukaresmi. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Rudy Mashudi, menjelaskan, Pemkot Bogor sudah kembali bersurat kepada Kemenhub per 6 Desember 2021 yang isinya mengingatkan kembali terkait rencana pembangunan Stasiun Sukaresmi yang pernah disampaikan pada 2016 dan 2017. “Kita mengingatkan lagi soal kelanjutan rencana itu. Lahannya sudah dibebaskan dan di Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor yang baru juga sudah disampaikan bahwa lahan itu peruntukannya masih untuk Stasiun Sukaresmi,” katanya. Rudy menjelaskan, Pemkot Bogor sendiri sudah membebaskan lahan seluas 1,6 hektare pada 2017. Selain itu, pemkot juga sudah menyiapkan infrastruktur penunjang, seperti pembangunan jalan, demi menunjukkan keseriusan Pemkot Bogor dalam rencana membangun Stasiun Sukaresmi. “Nah, pemkot sudah bebaskan 1,6 hektare pada 2017 untuk kebutuhan itu. Kemudian kita juga sudah siapkan infrastruktur aksesibilitasnya. Itu bukti keseriusan kita, kita ingin wujud Stasiun Sukaresmi,” tuturnya. Jika nanti terealisasi, sambung Rudy, maka pekerjaan fisik akan dibangun Direktorat Jenderal (Dirjen) Perkeretaapian sebagai regulator. Sedangkan PT Kereta Api Indonesia (KAI) berperan sebagai operator. Terkait aset nantinya bakal ada beberapa skema. “Pertama bisa jadi kita hibahkan ke mereka atau mereka yang hibahkan ke kita atau lainnya. Makanya kita berharap ada koordinasi dan ada pengelolaan bersama Transit Oriented Development (TOD) itu,” terangnya. Rudy menjelaskan, rencana pemkot membangun Stasiun Sukaresmi di antaranya untuk mengurangi kepadatan pergerakan orang di pusat kota. Di mana saat ini pergerakan penumpang commuter line menuju Bogor berakhir di Stasiun Bogor, sehingga ada kepadatan di tengah kota. “Kita melihat dengan frekuensi kereta semakin banyak, pergerakan orang semakin banyak, ratusan ribu penumpang rata-rata harian, maka harus ada distribusi pergerakan orang. Nah, kita berharap semua tidak masuk tengah kota. Sehingga harus ada stasiun perantara antara Stasiun Cilebut dengan Stasiun Bogor,” jelasnya. Terlebih, tambah Rudy, Pemkot Bogor sudah melakukan pembebasan lahan dan pembangunan jalan penunjang. Sehingga saat sudah terbangun, pergerakan orang menjadi terintegrasi dan tidak semua ke pusat kota. “Kalau semua ke pusat kota kan macet, maka kita berharap ketika ini terbangun, orang dari Bogor Barat, Tanahsareal dan Bogor Utara turun di situ (Stasiun Sukaresmi, red), nanti disambung dengan Biskita Transpakuan untuk sampai ke tempat tujuan,” tukasnya. Sementara itu, desain awal Stasiun Sukaresmi sudah ada sejak 2016 dan diperkirakan ada perubahan atau penyesuaian jika pembangunan terealisasi. Hal tersebut diungkapkan Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim. Menurutnya, PT KAI sempat menyampaikan alasan belum terealisasikannya rencana pembangunan Stoplet Sukaresmi. Di antaranya karena pandemi Covid-19, di mana PT KAI harus memprioritaskan beberapa hal lain dari anggaran yang ada. Alhasil, wacana tersebut sempat terbengkalai. Tetapi dengan pertemuan beberapa waktu lalu, ada sedikit harapan rencana untuk meneruskan rencana pembangunan stoplet tersebut. “Jika Stoplet Sukaresmi tidak dapat terealisasi, Pemkot Bogor memiliki rencana lain. Yakni dengan membangun Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) di lahan itu,” tutupnya. (ryn/eka/py)