METROPOLITAN - Akademisi dari IPB University, Sofyan Sjaf, mendorong Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor mendukung sektor pertanian melalui Program Pancakarsa untuk meningkatkan ekonomi desa. Hal tersebut diungkapkan Sofyan Sjaf dalam acara Ngobrol Padat Berisi (Ngopi) yang diselenggarakan di Cafe Sukahati, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Rabu (22/12). ”Kabupaten Bogor itu ada 416 desa dan tentunya kalau kita analisis lebih jauh lagi, Sumber Daya Alam (SDA) di Kabupaten Bogor ada di sektor pertanian. Jadi, kalau kita ingin menyelesaikan kemiskinan, maka dorong lah kemudian ke sektor pertanian,” bebernya. Menurutnya, kenapa estimasi perputaran uang berada di sektor pertanian, karena berd a sarkan hasil riset yang dibuat dari dirinya berkeliling ketiga wilayah, uang yang berputar di desa itu untuk memenuhi 45 bahan makanan pokok yang sering dikonsumsi masyarakat, termasuk rokok di dalamnnya yang mencapai hingga Rp5 miliar per bulannya. Untuk itu, ia menyarankan kerangka pembangunan Kabupaten Bogor ke depan seharusnya dapat didorong ke sektor pertanian. ”Karena itu jelas yang memberikan pertumbuhan ekonomi saat pandemi Covid-19 dari sektor pertanian,” ujarnya. Meski begitu, Soyfan Sjaf tak memungkiri jika memang ada problem dari SDA di Kabupaten Bogor ini. Untuk itu, maka bagaimana kemudian Pancakarsa harus terus on the track dan berjalan lebih cepat. ”Saya sepakat bahwa Bogor cerdas, sehat, maju, membangun keberadaban kemudian dilakukan. Tapi dengan catatan bagaimana memfokuskan, terutama Bogor maju mendorong sektor ekonomi berbasis SDA pertanian yang kemudian me-recovery perputaran uang di desa yang harus dikawal dengan baik,” bebernya. ”Minimal kalau awal itu kerjanya 80 km per jam, terus dampak Covid jadi 50 km per jam, sekarang harus jadi 120-130 km per jam agar Pancakarsa dilakukan,” paparnya. Berdasarkan hasil riset yang dimilikinya ditemukan bahwa proses me-recovery hal tersebut agar tidak program orientasi, yang pertama dilakukan adalah sektor pendidikan melalui Bogor Cerdas dan itu menarik. Lalu, apa yang harus atau di-recovery , yakni ke kelompok pemuda, karena 30 persen populasi Kabupaten Bogor itu anak-anak berusia 16-30 tahun. ”Jadi ini potensial saya kira, karena pendidikan yang terbaik selain formal yaitu bagaimana menggerakkan anak-anak tadi masuk ke sektor pertanian atau meningkatkan skill anak-anak muda merawat SDA di wilayahnya. Kalau ini kita kelola dengan baik tentu akan luar biasa, jadi edukasi itu lebih penting, Bogor Cerdas tapi lebih difokuskan agar kecepatannya dipercepat lagi,” tegas Sofyan. Setelah itu, Pemkab Bogor harus fokus pada komoditi, seperti komoditi apa yang harus digerakkan Bogor Maju. Kenapa angka kemiskinan bertahan di desa-desa ekonomi, karena fasilitas lahan ini minim sekali sehingga kalau ini digerakkan cepat akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di desa. ”Harus difokuskan apakah pertanian beras, ubi atau yang memiliki nilai eksplor dan memiliki kontribusi untuk laju pertumbuhan ekonomi di desa. Dengan demikian pendapatan akan naik,” ungkapnya. ”Intinya kerja cepat. Gerakan anak muda lalu berikan inovasi untuk merawat SDA pertanian yang berkomoditi ekspor. Dengan begitu, saya yakin masalah kemiskinan dan pengangguran akan teratasi,” tandas Sofyan.(rez/eka/py)