Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor meminta Pemerintah Pusat, dalam hal ini Kementerian Perhubungan (Kemenhub), membangunkan Stasiun Sukaresmi tahun ini. Sebab, PT Kereta Api Indonesia (KAI) saat ini telah membuatkan Detail Engineering Design (DED) Stasiun Sukaresmi di Jalan Arteri, Kecamatan Tanahsareal Kota Bogor itu. KEPALA Bappeda Kota Bogor, Rudy Mashudi, menuturkan, sebenarnya pada 2020 Kemenhub sudah mau menganggarkan pembangunan Stasiun Sukaresmi ini. Akan tetapi batal terlaksana karena anggaran Kemenhub terkena kebijakan refocusing dari Pemerintah Pusat, sehingga dialihkan ke kegiatan yang lebih prioritas menurut Kemenhub. Meski begitu, karena saat ini mulai stabil, Pemkot Bogor meminta rencana pembangunan Stasiun Sukaresmi dapat dilaksanakan tahun ini. Apalagi, PT KAI sudah membuatkan DED pembangunan stasiun baru tersebut. “Pada 2020 sudah mau dianggarkan dan sudah (ada) DED dari PT KAI, tapi kena refocusing. Nah sekarang kita minta Pusat membangunkan (Stasiun Sukaresmi, red), karena kita sudah berkontribusi lahan dan jalan, itu tidak sederhana dan tidak murah. Kita minta 2022 sudah ada aksi (pembangunan),” kata Rudy, Rabu (5/1). Menurutnya, memang ada opsi lain untuk membangun Stasiun Sukaresmi tanpa mengharapkan anggaran dari Pemerintah Pusat. Yaitu, dengan APBD Kota Bogor ataupun melibatkan swasta dalam pembangunan ini. Akan tetapi, karena anggaran Kota Bogor terbatas, sementara transportasi di Kota Bogor tidak bisa berdiri sendiri apalagi kewenangan kereta api adanya di Pemerintah Pusat, pihaknya masih mengharapkan pembangunan Stasiun Sukaresmi dapat dianggarkan Kemenhub. Apalagi, sesuai Surat Wali Kota Bogor tertanggal 6 Desember 2021 yang sudah disampaikan ke Kemenhub terkait usulan pembangunan Stasiun Sukaresmi, bahwa pembangunan stasiun ini sudah masuk Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RIJT). Lalu, sesuai Perda Nomor 6 Tahun 2021 Kota Bogor tentang RTRW bahwa kawasan Sukaresmi sudah masuk ke kawasan Transit Oriented Development (TOD). “Saya tegaskan anggaran daerah Kota Bogor terbatas. Oleh karena itu, kita minta pusat membangunkan Stasiun Sukaresmi,” ucap Rudy. “Kita minta dibangunkan karena beban lalu lintas kota sudah cukup berat, kita juga ingatkan sudah pernah bikin surat (permintaan membangun Stasiun Sukaresmi) ke mereka tiga kali (terakhir 6 Desember 2021), kita ingatkan lagi sekarang,” sambungnya. Saat ditanya apakah sudah ada tanggapan terkait usulan pembangunan Stasiun Sukaresmi dari Kemenhub, Rudy mengaku secara tertulis belum ada, namun dukungan secara lisan sudah disampaikan BPTJ hingga Dirjen Perkeretaapian. “Belum ada, tapi secara lisan kita didukung BPTJ dan Dirjen Perkeretaapian. Karena kita bilang transportasi di Kota Bogor tidak bisa berdiri sendiri apalagi kewenangan kereta api adanya di Pusat,” imbuh Rudy. Belum lagi, sambung Rudy, berdasarkan data yang didapat dari Kepala Stasiun Bogor, rata-rata penumpang harian di Stasiun Bogor menyentuh 90 ribu orang per hari. Maka apabila pengembangan kota ini tidak diantisipasi sejak jauh-jauh hari, pusat Kota Bogor akan lumpuh dengan perkembangan mobilitas warga yang ke satu titik. “Ini yang harus diantisipasi, apalagi dengan perkembangan Dramaga dan wilayah Barat di Kabupaten Bogor saat ini. Oleh karena itu, kita mendesain dan merencanakan pembangunan Stasiun Sukaresmi untuk bisa memecah pergerakan orang,” bebernya. “Jika jadi 50-60 persen pergerakan orang akan berhenti di Sukaresmi, karena Bogor Barat, Bogor Utara dan Tanahsareal terkoneksi dengan Biskita. Artinya tidak semua orang akan turun di Stasiun Bogor,” lanjutnya. Sebelumnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor kembali menyurati pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terkait rencana pembangunan Stasiun Sukaresmi di Kecamatan Tanahsareal, Kota Bogor. Sebab, sejak dua kali bersurat pada 2016 dan 2017 belum ada kepastian terkait rencana pembangunan Stasiun Sukaresmi tersebut. (rez/eka/py)