Son, yang memulai karier di Eropa bersama Hamburg dan Bayer Leverkusen sebelum menjadi ikon Spurs sejak 2015, kerap mengalami kegagalan di partai-partai penting.
Kekalahan di final Liga Champions 2019 menjadi luka mendalam yang akhirnya berhasil disembuhkan lewat kemenangan ini.
Kini dengan trofi Liga Europa di tangan, Son berdiri sejajar dengan nama-nama besar Asia seperti Cha Bum-kun dan Kim Dong-jin yang pernah menorehkan prestasi di kancah Eropa.
Pencapaian ini menjadi penutup sempurna dari perjalanan panjang dan penuh perjuangan.
Baca Juga: Alvaro Carreras Jadi Incaran Real Madrid, Sudah Mulai Negoisasi dengan Benfica
Postecoglou Tradisi Juara di Musim Kedua Melatih
Selain Son, pelatih Ange Postecoglou juga menjadi sorotan.
Keberhasilannya mengantarkan Tottenham menjuarai Liga Europa memperkuat reputasinya sebagai pelatih spesialis musim kedua.
Meskipun pendekatannya yang ofensif sempat diragukan saat pertama kali datang, konsistensi dan keyakinan terhadap filosofi bermainnya akhirnya membuahkan hasil.
Postecoglou sebelumnya sukses di berbagai tempat, mulai dari Brisbane Roar, Timnas Australia, hingga Celtic. Lalu kini prestasi serupa diraih di Tottenham.
Ia layak masuk jajaran pelatih berprestasi yang selama ini kurang mendapat sorotan global.
Baca Juga: Selamat Jalan Jenderal Manggabarani
Ada ironi menarik dalam kisah ini, pada final Piala Asia 2015, Postecoglou pernah merasakan pahitnya dilukai oleh gol Son Heung Min saat masih melatih Australia.
Kini, keduanya bersatu dalam satu misi membawa Tottenham ke puncak Eropa.
Sebuah kisah penuh makna tentang waktu, dedikasi, dan sepak bola yang mempertemukan dua perjalanan menjadi satu cerita kejayaan.