METROPOLITAN – Kota Bogor mampu melahirkan bibit-bibit atlet berprestasi di cabang olahraga (cabor) taekwondo seperti Defia Rosmaniar. Peraih medali emas dalam Asian Games beberapa waktu lalu itu menjadi inspirasi untuk melahirkan bibit-bibit berprestasi lainnya. Terinspirasi dari Defia, Yayasan Kesatuan menggelar Kesatuan Taekwondo Championship (KTC) 2019 di GOR Pajajaran Kota Bogor untuk menjaring atlet berprestasi.
Kejuaraan ini digelar selama 2 haru sejak, 5-6 Oktober 2019 dengan diikuti ratusan takwondoin se-Kota Bogor. Wakil Ketua Lustrum, Bambang Hengky Rainanto mengatakan, even ini merupakan rangkaian dari kegiatan Lustrum ke-14 dan HUT Kesatuan ke-70. Kejuaran ini bukan pertandingan antar sekolah akan tetapi antar unit atau dojang.
Tak kurang, 219 taekwondoin dari 19 dojang turut serta dalam even KTC pertama ini. Tak cuma itu, tiap pertandingan memakai Protector Scoring System (PSS) sebagai sistem penilaian, yang disebut juga jadi yang pertama digunakan.
Bambang menjelaskan, ada dua kelas yang dipertandingkan dalam KTC 2019 ini. Pertama Kyorugi dan kedua kelas Poomsae individu dan pasangan. Untuk kategori peserta, dibagi berdasarkan usia. Yaitu kategori usia 10-11 tahun, 12-14 tahun dan 15-17 tahun. Dari kategori usia itu, dibagi lagi menjadi dua bagian yakni prestasi dan non prestasi.
“Yang prestasi itu maksudnya bagi mereka yang menang, maka mereka bisa memanfaatkan sertifikatnya itu untuk mendapatkan sekolah-sekolah favorit atau sekolah negeri. Sedangkan non prestasi, itu dikhususkan bagi peserta yang usianya masih relatif muda dan ini peminatnya di Kota Bogor sangat besar,” kata Bambang.
Menurutnya, alasan dipilihnya olahraga taekwondo karena di Yayasan Sekolah Kesatuan mulai dari TK, SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi memiliki atlet berprestasi. Salah satunya Defia Roosmaniar, atlet taekwondo peraih mendali emas pertama kali untuk Indonesia di Asian Games lalu itu merupakan alumni Kesatuan. Dari pengamantannya, ada tiga sampai empat ribu taekwondoin di Kota Bogor dan banyak sekali dari mereka itu yang berprestasi.
“Sehingga, ada masukan dari pengcab, pelatih, wasit dan lainnya agar tahun depan kami bisa membuat kejuaraan yang selevel provinsi. Karena secara umum Kota Bogor dikenal sebagai gudangnya taekwondoin tingkat provinsi, nasional bahkan internasional. Mudah-mudahan ke depan ini bisa menjadi kegiatan yang rutin dilangsungkan setiap tahun,” harapnya.
Sementara itu, Pelatih Taekwondo Kesatuan Dedi Iskandar mengakui jika taekwondo di Kota Bogor menjadi barometer atlet di tingkat Jawa Barat. Terlebih, setelah keberhasilan Defia meraih supremasi gelar tertinggi di Asia, makin banyak siswa-siswa yang menekuni taekwondo. Sejalan dengan banyaknya even-even olahraga taekwondo.
“Mudah-mudahan muncul atlet-atlet baru berprestasi dari Kota Bogor di masa yang akan datang lewat kejuaran dan event-event seperti ini,” pungkas Dedi. (ryn/b/fin/run)