METROPOLITAN.ID - Calon Wali Kota Bogor nomor urut satu, Sendi Fardiansyah, menyampaikan pandangan kritisnya terhadap rencana pengoperasian trem sebagai solusi kemacetan di Kota Bogor.
Sendi Fardiansyah mengatakan, solusi tersebut kurang efektif mengingat kondisi infrastruktur dan kebutuhan transportasi publik di kota ini.
Dalam sepuluh tahun terakhir, pengurangan jumlah angkot di Kota Bogor berjalan lambat. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2014 terdapat 3.412 angkot, sementara pada akhir tahun 2023 jumlah tersebut hanya berkurang menjadi 3.003 unit.
Baca Juga: Jambore Nasional Tim Elang Relawan BRI, Perkuat Kapasitas dan Ketangguhan Hadapi Bencana
“Jumlah angkot di Kota Bogor hanya berkurang 409 unit dari tahun 2014 sampai 2023. Ini tidak signifikan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas,” ujar Sendi.
Selain itu, ia menyoroti kurang optimalnya pengoperasian koridor Biskita, sistem bus transit di Kota Bogor.
Dari enam koridor yang direncanakan, hanya empat yang beroperasi.
Baca Juga: 6 Pemain Andalan Ruben Amorim di Sporting Lisbon Yang Mungkin Dibawa ke Manchester United
Dengan kemungkinan beban subsidi beralih ke Pemerintah Kota Bogor pada tahun 2025, diperkirakan hanya dua koridor yang bisa dipertahankan.
“Biskita baru jalan 4 koridor dari 6 yang direncanakan. Bahkan berpotensi turun hanya jadi 2 koridor saja di tahun 2025,” kata Sendi.
Pembangunan Jalur Regional Ring Road (R3) dan Bogor Inner Ring Road (BIRR) juga belum tuntas, yang menurut Sendi, menjadi faktor penting dalam mengatasi kemacetan.
Baca Juga: 5 Tempat Wisata di Magelang untuk Mengajak Anak Liburan sambil Belajar berbagai Edukasi
Menurutnya, fokus seharusnya diarahkan pada penyelesaian infrastruktur ini daripada menghadirkan trem yang kemungkinan tidak akan efektif karena lebar jalan dan kondisi lalu lintas di pusat kota yang padat.
“Mengelola macet di Kota Bogor butuh keberanian. Bukan cuma janji-janji. Apalagi janji yang gak terealisasi,” tegasnya.