METROPOLITAN.ID - Bagi pencinta alam dan petualangan, Pulau Tabuhan di Banyuwangi adalah destinasi wajib jelang libur akhir tahun.
Pulau kecil yang masih alami dan tak berpenghuni ini menawarkan kombinasi sempurna antara laut biru jernih, pasir putih bersih, dan pengalaman berkemah yang jauh dari hiruk-pikuk kota.
Dengan panorama sunrise pertama di ujung timur Pulau Jawa dan aktivitas snorkeling yang menakjubkan, pulau ini menjadi surga tersembunyi yang siap memanjakan para wisatawan.
Nama “Tabuhan” berasal dari Bahasa Suku Using, yang berarti musik. Konon, angin kencang yang melewati pulau ini terdengar seperti bunyi-bunyian, sehingga masyarakat setempat menamakannya “Tabuhan”.
Pada masa penjajahan Jepang, pulau ini digunakan sebagai pos pengintai militer, sehingga dibangun mercusuar bersejarah yang masih berdiri kokoh hingga kini. Pemerintah setempat menjaga keaslian bangunan tersebut sebagai bagian dari warisan sejarah.
Sejak 2014, Pulau Tabuhan dikenal luas melalui acara selancar layang. Kecepatan angin yang stabil antara 20–25 knot membuat pulau ini menjadi lokasi favorit kiter dan windsurfer.
Bahkan pada 2017, acara internasional selancar layang digelar di sini, diikuti peserta profesional dari 13 negara.
Perjalanan Menuju Pulau Tabuhan
Perjalanan menuju Pulau Tabuhan dimulai dari Grand Watu Dodol, titik keberangkatan yang terkenal sebagai akses utama ke pulau-pulau kecil di Banyuwangi.
Wisatawan disarankan berangkat pukul 14.00 WIB, agar tiba di pulau sebelum senja.
Dengan perahu wisata, waktu tempuh rata-rata sekitar 15–20 menit, cukup singkat untuk menikmati pemandangan laut lepas dan deretan kapal yang bersandar di sepanjang rute.
Sesampainya di pulau, pengunjung akan disambut dengan gradasi warna air laut yang memukau, pasir putih bersih, dan angin laut yang sejuk, menciptakan pengalaman yang menenangkan sebelum memulai kegiatan camping.