”Kami sama-sama lakukan penyesuaian. Saya kira keindahan Lombok nanti ketika budaya tradisional blended dengan modernitas. Karena tidak harus salah satunya menegasikan,” tandas Zul.
”Memang butuh waktu, nggak setiap perubahan itu kelihatan hasilnya. Nggak jarang muncul gesekan,” tambahnya.
Ia mencontohkan, saat gelaran MotoGP Mandalika lalu, muncul polemik pawang hujan Rara Isti Wulandari.
Dimana sebagian besar menanggapi positif, namun banyak juga yang menganggap hal itu sebagai tindakan musyrik bahkan banyak yang nyinyir hal itu dianggap gimmick semata.
”Ya itulah. Tapi ini part of learning, bagian dari pembelajaran. Kalau kita membuka diri untuk hal baru tentu begitu. Akan banyak model ’Rara’ yang lain muncul di masa mendatang. Buat saya ini bagian dari pembelajaran yang memicu kegaduhan. Tapi nanti akan ada buahnya,” tuntas Bang Zul. (ryn/run)