“Rata-rata Rp100 ribu. Segitu mah sudah lumrah. Sama-sama tahu lah susahnya nyari duit. Kalau dulu mendingan, penumpangnya banyak. Beda dengan sekarang,” kata dia.
Data yang dihimpun Harian Metropolitan pada 2016, total armada bus yang keluar masuk Terminal Baranangsiang sebanyak 56.392 atau jika dirata-ratakan per harinya ada 89 bus yang keluar masuk. Ini khusus untuk bus AKDP yang terdiri dari bus besar dan minibus. Belum termasuk jumlah bus AKAP.
Jika dihitung-hitung, setoran sebanyak Rp100 ribu per bus jika dikalikan rata-rata bus maka dalam sehari perputaran uangnya bisa mencapai Rp8,9 juta atau setahunnya mencapai angkat Rp3,2 miliar.
Koordinator Pengawas Terminal Baranangsiang Iwan Kurniawan mengakui adanya krisis penumpang. Untuk itulah pihaknya memberi keleluasaan untuk mencari penumpang dengan penambahan waktu ngetem selama 30 menit.
“Jadi kita mediasi mereka untuk menentukan batas waktu mangkal dan disepakati bahwa satu bus itu mangkal 35 menit,” katanya.
Jika tidak dilakukan seperti itu, maka menurutnya akan timbul gejolak antar-PO bus. Sehingga jalan yang adil memang diambil kesepakatan seperti itu. “Sekarang untuk menuju Bandung saja sudah bisa berangkat dari Leuwiliang. Mereka tidak datang ke sini lagi seperti dulu,” tuturnya.
Menyikapi adanya pungli, Kepala Dishub Kota Bogor Rakhmawati meyakini hal itu tidak terjadi. “Tidak ada seperti itu, adapun 30 menit tersebut adalah kesepakatan dari setiap PO bus yang ada. Sedangkan kita hanya lakukan pengawasannya saja,” tegasnya.
(mam/c/feb/run)