berita-utama

Warga Pamijahan Nekat Nginap Di Kantor Bupati

Rabu, 5 April 2017 | 11:20 WIB

DINGINNYA malam tidak membuat warga Pamijahan kapok menunggu Bupati Bogor Nurhayanti tepat di pintu gerbang kompleks pemerintahan. Sejak Selasa (4/4) siang, mereka sudah berdiri menunggu orang nomor satu di Bumi Tegar Beriman itu datang menemui. Tapi nyatanya, sampai matahari terbenam tidak satu pun pejabat muncul. Sampai-sampai, puluhan warga yang datang dari pelosok itu nekat menginap di kantor bupati dengan beratapkan terpal butut dan alas tikar seadanya.

WARGA Desa Cibunian, Ke­camatan Pamijahan bersikukuh melakukan aksinya hingga malam hari. Mereka sampai membuka tenda terpal di pintu gerbang perkantoran dengan tiang-tiang bambu. Aksi ini akan dilakukan sampai Jumat (7/4) jika Bupati Bogor Nurhayanti masih enggan menemui per­wakilan warga.

Pantang pulang, begitulah prinsip warga Pamijahan yang menuntut pemerintah daerah mengganti rugi penderitaan­nya pascabencana menerjang kampungnya pada 2015 silam. Bertahun-tahun mereka tak bosan menagih janji pemer­intah membayar kompensasi pada warga yang selama ini jadi petani.

Aksi ini sudah kali ketiga se­lama 2017. Menurut Ketua Persatuan Rakyat Bogor (PRB) Ruhiyat Sujana, pihaknya akan tetap melakukan aksi serupa sampai pemerintah memenuhi tuntutan mereka. Minimal, mau memfasilitasi keluhan warga yang selama ini hidup dalam kesengsaraan.

“Kami mau menuntut kepas­tian jawaban soal nasib warga Pamijahan yang jadi korban longsor di Cibunian 2015,” kata Ruhiyat.

Sebab, longsor yang terjadi akibat dugaan kelalaian pen­gusaha di sekitar desa, yakni PT Jaya Dinamika Geohidroen­ergi (JDG) banyak warga yang terpaksa kehilangan pekerjaan.

“Ada lebih dari 50 Kepala Ke­luarga (KK) yang terkena dam­pak longsor ini. Dan pemerintah sampai sekarang tidak mem­berikan kejelasan,” sesalnya.

Padahal, lanjut Ruhiyat, pa­da 2015 silam Dinas Perta­nian pernah mengamini untuk membayarkan ganti rugi atas kerugian materil warga. Tapi nyatanya hingga kini kompen­sasi itu tak kunjung didapat. Sementara, nasib 55 KK jadi taruhannya.

“Kami akan tetap aksi sampai Jumat kalau bupati tidak mau juga menemui,” tegasnya.

Untuk diketahui, warga Pami­jahan menuntut pencairan kom­pensasi karena merasa dirugikan akibat adanya proyek pemban­gunan PT JDG yang menyebab­kan petani ikan gagal panen.

Di mata warga, pemerintah terkesan membela kaum elite, para pengusaha dan menelan­tarkan warga pribumi yang su­dah bertahun-tahun menetap di Bumi Cibunian.

“Kenapa pemerintah mem­bela perusahaan, kenapa tidak menindak perusahaan yang jelas menyengsarakan warga di sana,” keluh Ali.

Warga Pamijahan Binaya merasa dirugikan karena jadi korban longsor perusahaan yang berdiri di daerahnya. Menurutnya, sampai saat ini tidak ada tindak lanjut setelah melakukan pertemuan antara para petani dengan Pemkab Bogor. Sehingga ia menyatakan, pemerintah tidak memiliki ke­beranian menekan perusahaan PT JDG untuk melakukan pem­bayaran ganti rugi terhadap para petani, padahal di sisi lain sejumlah pelanggaran peru­sahaan sudah banyak terjadi. “Kita minta Pemkab Bogor menutup itu (perusahaan) jika tidak dipenuhi tuntutan kami,” ucapnya.

Sedangkan gugatan one prestasi terkait surat kesepaka­tan yang telah dibuat dan dis­epakati perihal PT JDG harus memberikan kompensasi sebe­sar Rp692.500.000 per tahun selama 15 tahun. “Dasar untuk penutupan sudah jelas ada, kami akan kawal permasalahan ini sampai tuntas,” ujarnya.

Halaman:

Tags

Terkini