berita-utama

Buasnya Gerbong Krl Wanita

Kamis, 18 Mei 2017 | 09:49 WIB

BEREDARNYA video jambak-jambakkan penumpang Kereta Listrik (KRL) di gerbong wanita belakangan jadi obrolan hangat. Munculnya aksi ini semakin menguatkan betapa buasnya masuk ke dalam kereta khusus wanita yang telah dibuka sejak 2012. Aksi dorong-dorongan hingga tubuh terinjak-injak jadi santapan sehari-hari. “Lu lembek, lu diinjek,” begitu cetus Ainun pengguna setia KRL.

Sejak Oktober 2012, PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) telah membuka gerbong khu­sus wanita. KRL Jabodetabek ini selalu disesaki penumpang, terutama pada jam-jam orang pergi bekerja ke DKI Jakarta.

Informasi yang dihimpun, pada hari kerja, rata-rata jum­lah pengguna KRL mencapai 850 ribu orang. Rekor jumlah pengguna terbanyak dalam satu hari adalah 931.082 pen­umpang. Itu berdasarkan data PT KAI Commuter Jabodeta­bek (KCJ) pada 2016.

Selain itu, ada 826 KRL yang dioperasikan. Di tiap KRL ada gerbong khusus wanita atau Kereta Khusus Wanita (KKW).

Di kereta itulah penump­ang akan berdesakan dan memaksa masuk ke dalam gerbong. Selama pintu masih bisa tertutup, tak ada kata menyerah untuk mendorong penumpang masuk.

Itulah pemandangan yang setiap hari dilalui Desy, peng­guna KRL Gerbong Wanita. Kebanyakan penumpang tidak takut saling dorong meski kondisi di depan pintu sudah sangat padat. Sebagai wanita, kadang ia pun tak habis pikir dengan tenaga wanita yang sanggup men­dorong penumpang di dalam agar bisa masuk meski cuma nyelip.

“Selama pintu belum nutup dorong terus, sampai kadang yang di dalam kereta teriak juga ‘woi udah nggak muat’ tapi tetap saja didorong terus,” ungkap Desy.

Ini pun dibenarkan Agus, petugas keamanan yang menjaga keamanan peron. Menurutnya, biasanya puncak kepadatan KRL dimulai pukul 06:30 sampai pukul 08:00 WIB.

“Kondisi penuh padat sam­pai penumpang tidak bisa masuk terjadi setiap pagi, mulai pukul 06:30 hingga 08:00. Sedangkan di atas pukul 09:00, kereta masih penuh tapi tidak sepadat jam masuk kerja,” kata Agus.

Kebuasan penumpang wani­ta bukan hanya terjadi saat berebut masuk ke gerbong, tapi juga saat berada di dalam kereta. Menurut Desy, penum­pang wanita cenderung masa bodoh dan tidak memberikan kursi kereta pada penumpang lansia. Selama tak ada teguran, mereka memilih cuek atau tidur.

“Kecuali kalau di kursi khu­sus mau nggak mau kadang harus berdiri,” jelas wanita yang bekerja di kawasan Kun­ingan ini.

Bahkan terkadang, sudah di­minta masih ada penumpang dengan cueknnya nyeletuk. “Aduh saya nggak bisa lagi sakit, ha ha ha,” ujarnya seraya tertawa.

Tak heran jika sesaknya kereta memicu keributan dan pertengkaran antarpenump­ang. Seperti yang baru-baru ini videonya jadi viral. Dua orang perempuan saling se­rang karena berebut tempat duduk di gerbong khusus wanita. Mereka saling memu­kul dan menjambak rambut hingga melemparkan tendan­gan sebelum berhasil dilerai.

Agus mengatakan, jika perkelahian itu sudah biasa. Sebab, masing-masing menu­ruti egonya.

Halaman:

Tags

Terkini