berita-utama

Alhamdulillah Puasa Kompak Besok

Jumat, 26 Mei 2017 | 09:01 WIB

Sebab, tinggi hilal di atas dua derajat menurut semua sistem hisab. Baik tadqiqi, tahqiqi mau­pun hisab taqribi.

“Tahun ini awal puasa Mu­hammadiyah, NU dan pemer­intah Kemenag RI serempak 27 Mei,” terangnya.

Tak cuma potensi puasa per­tama, umat muslim di Indonesia kemungkinan besar juga akan Lebaran berbarengan. Hal itu dikatakan Kepala Lapan dan Peneliti Utama IVe (Profesor Ri­set) Astronomi dan Astrofisika, Thomas Djamaluddin, melalui catatan di blog pribadinya, Senin 22 Mei 2017. Menurut­nya, kriteria hisab (perhitungan astronomis) yang digunakan pemerintah dan dua ormas besar (NU dan Muhammadi­yah) adalah imkan rukyat (ke­mungkinan teramatinya hilal) dua derajat dan wujudul hilal (tinggi hilal positif).

Analisis paling cepat awal bu­lan Ramadan, Syawal, dan Dzul­hijjah katanya, adalah dengan analisis garis tanggal berbasis kriteria tersebut. Garis tanggal Ramadan menunjukkan bahwa secara hisab awal Ramadan 1438 H akan seragam jatuh pada 27 Mei 2017.

Potensi seragam juga akan terjadi pada penentuan 1 Sy­awal (Idul Fitri) dan 10 Dzulhijjah (Idul Adha). Garis tanggal awal Syawal pada saat matahari ter­benam 24 Juni 2017 menunjuk­kan bahwa Indonesia berada di sebelah barat (kiri) garis tanggal Wujudul Hilal dan imkan rukyat dua derajat. Jadi disimpulkan, secara hisab awal Syawal (Idul Fitri) jatuh pada 25 Juni 2017 menurut dua kriteria tersebut.

Keseragaman juga terjadi pada penentuan awal Dzul­hijjah 1438 H. Awal Dzulhijjah jatuh pada 23 Agustus 2017, sehingga Idul Adha (10 Dzul­hijjah) 1438 H jatuh pada 1 September 2017. “Keseraga­man seperti itu untuk Ramadan akan terjadi sampai 1442 H atau 2021 Masehi. Demikian juga keseragaman Syawal dan Dzulhijjah akan terjadi sampai 1443H/2022M,” tulisnya.

Meski diprediksi serentak pada 27 Mei mendatang, penetapan awal Ramadan digelar setelah sidang isbat. Keputusan hari per­tama puasa itu akan diumumkan Menteri Agama, Lukman Hakim, Jumat (26/5) hari ini.

Sesuai jadwal, pelaksanaannya akan dimulai pukul 17:00 WIB. Sidang ini tidak hanya dihadiri ahli falak ormas-ormas Islam, tetapi juga berbagai lembaga penelitian seperti BMKG dan Lapan.

Seperti sidang isbat menjelang Ramadan tahun-tahun sebe­lumnya, sidang kali ini akan digunakan untuk menentukan kapankah awal puasa, apakah jatuh pada Sabtu (27/5) atau sehari setelahnya. Penentuan didasarkan pada posisi bulan, sudah di atas ufuk sebagai tan­da bulan baru, ataukah belum.

Dalam sidang isbat sendiri, akan ada banyak elemen yang hadir. Selain Tim Hisab dan Rukyat Kementerian Agama, juga ada ahli falak ormas-or­mas Islam, duta besar neg­ara-negara sahabat, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Infor­masi Geospasial (BIG), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), hingga Ketua Komisi VIII DPR RI.

Plt Dirjen Bimas Islam Kamarud­din Amin menyebutkan, ada ha­rapan besar bahwa hasil sidang isbat tahun ini dapat dilaksanakan bersama oleh seluruh umat Islam Indonesia dari berbagai organisasi. Adapun sidang isbat sendiri berjalan tertutup. Barulah hasilnya disampaikan secara terbuka via konferensi pers kala sidang berakhir.

“Sidang isbat merupakan wujud kebersamaan Kemen­terian Agama selaku pemer­intah dengan Ormas Islam dan instansi terkait dalam mengam­bil keputusan, yang hasilnya diharapkan dapat dilaksanakan bersama,” tutur Kamaruddin.

(cr1/b/de/feb/dit)

Halaman:

Tags

Terkini