berita-utama

Ajang Adu Program Bima dan AY

Jumat, 26 Juli 2019 | 09:32 WIB
SERIUS: Warga saat mengisi kuesioner yang diajukan relawan Harian Metropolitan.

METROPOLITAN - Perebutan wi­layah potensial yang terjadi antara Kota Bogor dengan Kabupaten Bogor jadi momentum bagi dua kepala dae­rah untuk beradu program peng­embangan wilayah. Hal tersebut di­cetuskan Pengamat Ekonomi STIE Kesatuan, Saefudin Zuhdi.

Menurut Saefudin, enam wilayah yang diinginkan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor merupakan sebuah keuntungan dan tentunya menjadi kerugian besar bagi Kabupaten Bogor.

Ia menilai percepatan pembangunan yang terjadi di Kota Bogor saat ini terbentur keterbatasan wilayah. Dengan mengambil wilayah potensial yang terabaikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor, menurut salah seorang dosen STIE Kesatuan itu adalah ke­niscayaan bagi Kota Bogor.

“Memang bagi kabupaten, me­reka akan kehilangan Penda­patan Asli Daerah (PAD) yang cukup besar. Tapi bagi kota, ini adalah wilayah yang akan di­proyeksikan untuk pertumbu­han ekonomi,” katanya.

Terkait hasil survei yang dila­kukan Metropolitan yang men­ghasilkan sebesar 60 persen warga Kabupaten Bogor yang menginginkan pindah ke ko­tamadya, adalah hal yang sudah bisa dibaca Zuhdi.

“Untuk masuk ke kotamadya memang menjadi keuntungan bagi warga yang ingin dicatut wilayahnya. Karena secara eko­nomi akses mereka akan lebih mudah dan murah,” imbuhnya.

Dari segi penataan kota dan juga infrastruktur, Kabupaten Bogor juga masih kalah dari Kota Bogor. Sebab, menurut kacamata pengamat ekonomi, turis yang gagal masuk ke Pun­cak karena macet otomatis akan lari ke Kota Bogor yang sudah memiliki tata ruang wilayah yang lebih baik dari kabupaten.

Menurut pria yang akrab disa­pa Aef itu, isu yang sedang panas tersebut harus dimanfaatkan kedua kepala daerah untuk beradu program. Bima Arya saat ini lebih diuntungkan karena LRT dalam waktu dekat akan masuk ke Kota Bogor yang ten­tunya menjadi senjata menarik untuk menggaet antusiasme warga kabupaten.

Sedangkan Kabupaten Bogor dianggap masih kalah selangkah dari Kota Bogor. Sehingga Bu­pati Bogor Ade Yasin harus mencari formulasi khusus da­lam membuat program yang diperuntukkan bagi wilayah yang ingin diambil alih Pemkot Bogor.

“Ya walaupun ada TJSL yang dibentuk, tapi saya kira Kota Bogor sudah lebih dulu melakukannya. Jadi harus di­cari lagi formulasinya untuk pengembangan wilayah,” te­rangnya.

Asisten Pemerintahan pada Sekretariat Daerah (Setda) Kota Bogor Hanafi menerang­kan, secara pasti pihaknya ma­sih belum mengetahui wilayah mana yang nantinya bakal bergabung dengan Kota Bogor. Ia juga mengaku selama ini wacana tersebut masih dibahas di internal Kota Bogor.

”Kita juga kan belum tahu pasti perluasannya bagaimana, desanya apa, kecamatannya apa, kita kan belum tahu. Ke­marin mah cuma obrolan ng­elamun saja, kalau wilayah ini masuk ke kota gimana. Cuma itu,” akunya.

Meskipun perluasan bakal se­rius dilakukan, hal tersebut tentunya mesti melewati taha­pan pengkajian. Tak hanya kajian, baik pemkot maupun kabupaten diharapkan harus membuka komunikasi secara resmi untuk membahas per­soalan tersebut. ”Yang jelas perlu ada komunikasi dengan Kabupaten Bogor. Jangan sam­pai kita ribut, seolah-olah kita mencaplok dan lain sebagainya,” bebernya.

Usai kunjungan sejumlah kelom­pok yang mengatasnamakan paguyuban masyarakat Bogor Selatan, Hanafi menilai hal itu merupakan hal wajar. Sebab, kebijakan perluasan itu secara tidak langsung akan sangat ber­sentuhan dengan masyarakat.

Halaman:

Tags

Terkini