METROPOLITAN - Kecelakaan maut di Km 91.400 Tol Cipularang kembali terjadi. Sembilan orang tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka dalam tabrakan beruntun yang melibatkan 21 kendaraan itu. Dalam kurun waktu delapan tahun terakhir, setidaknya ada 23 kecelakaan yang terjadi di tol maut tersebut.
Sejumlah penafsiran pun bermunculan, mulai secara akademik hingga hal mistis. Kementerian Perhubungan, Dirjen Perhubungan Darat (Kemenhub) Budi Setiyadi mengatakan, kemungkinan kecelakaan itu terjadi karena geometrik jalan yang tidak biasa.
Geometrik jalan bisa diartikan sebagai bentuk atau ukuran jalan raya, baik yang menyangkut penampang melintang, memanjang, maupun aspek lain yang terkait bentuk fisik jalan. Lalu apakah ada masalah dari desain jalan tol itu sendiri? ”Kalau saya lihat dari sisi geometrik jalan itu, memang jalan kan agak tikungan dan kemudian turunan,” kata Budi Setiyadi di kantornya, Jakarta, Senin (2/9).
Melihat geometrik Tol Cipularang, khususnya dari arah Bandung menuju Jakarta, jelas Budi, kecenderungan kendaraan akan memacu kecepatan tinggi. Padahal, jalanannya menikung. ”Nah, mungkin di situlah pada saat dari Bandung menikung itu mungkin kecepatan cukup tinggi, kemudian turunan gitu,” tambahnya.
Namun, Budi belum mengambil kesimpulan resmi penyebab kecelakaan tersebut. Untuk itu, pihaknya kini telah menerjunkan tim ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk mengetahui penyebab pastinya.
Sementara salah seorang korban selamat, Dwi Resa (38), tak menyangka dirinya terlibat kecelakaan di Tol Cipularang Km 92, yang menewaskan sembilan orang itu. Saat kecelakaan itu terjadi, warga Jakarta itu mengendarai Xenia berpelat nomor H 8670 KY.
Mobil Xenia yang dikendarai Dwi tertabrak kendaraan di belakangnya hingga masuk jurang di pinggir tol sedalam 20 meter. Akibatnya, Xenia yang dikendarai Dwi ringsek. Beruntung, Dwi selamat dalam kejadian nahas itu.
Setelah kecelakaan, Dwi pingsan. Ia baru sadar setelah dirawat di Rumah Sakit Siloam. ”Seketika saat saya ditabrak dari belakang, saya sudah tidak sadarkan diri. Mobil saya loss, setir saya loss kan. Saya pasrah,” katanya. ”Katanya mobil saya terbang, kayak di film Fast and Furious,” lanjut Dwi.
Dwi mengaku awalnya pasrah jika memang nasibnya harus meninggal. Namun ternyata ia masih bisa membuka mata. Ia lalu menendang pintu mobil dan langsung keluar. Dwi yang saat itu kepalanya berdarah dibantu pekerja proyek untuk keluar dari mobil dan naik dari jurang. ”Setelah itu, saya video call sama istri, memberi kabar saya selamat,” tutur Dwi.
Meski mobilnya ringsek, Dwi bersyukur selamat dari kecelakaan maut tersebut. ”Saat mobil terbang, saya tidak ingat. Dan saat jatuh pun mobilnya, saya juga tidak ingat,” ujar Dwi.
Saksi mata yang juga pekerja proyek PT Jasa Marga, Eris (35), mengaku melihat Xenia terbang dari jalan tol dan menabrak pembatas jalan. Mobil tersebut kemudian masuk jurang sedalam 20 meter. ”Saya lihat persis itu mobil tiba-tiba membanting ke kiri, menabrak pembatas jalan dan terbang, Pak,” kata Eris.
Direktur Penegakan Hukum Korps Lalu Lintas Brigadir Jenderal Pujiyono Dulrachman memaparkan kronologi tabrakan beruntun yang melibatkan 15 kendaraan di Tol Cipularang Km 91 itu. Kecelakaan tersebut menewaskan sembilan orang dan puluhan lainnya luka-luka.
Pujiyono menuturkan, kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 12:30 WIB yang diawali sebuah dump truk terguling di jalur kanan Tol Cipularang arah Jakarta. Karena ada evakuasi, sejumlah kendaraan berhenti memberikan waktu pada petugas tol untuk mengevakuasi truk trailer tersebut.
“Kemudian pas mau dievakuasi, lima kendaraan yang sedang mengantre ditabrak sebuah truk lain dari arah belakang. Truk itu bermuatan tanah yang hilang kendali karena rem blong dan menabrak evakuasi itu,” beber Pujiyono.