Tinggal di gubuk reyot tak menghentikan semangat Saefudin (55) dan Yoyoh (45), warga Kampung Cipayung, RT 08/03, Desa Rabak, Kecamatan Rumpin, untuk menyekolahkan ke-12 anaknya. Demi menghemat pengeluaran, anak-anaknya pun rela setiap hari hanya sarapan singkong rebus untuk bekal sekolah.
MESKI rumahnya mirip kandang ayam, istri Saefudin, Yoyoh, tetap tegar menjalani hari-harinya. Setiap hari, anak-anaknya dibiasakan bangun pagi. Termasuk empat anaknya yang masih harus mengentaskan sekolahnya. Yakni, Ina kelas satu SMP, Didi kelas enam, Umar kelas empat dan Yaya kelas tiga.
Masing-masing sudah mengambil perannya. Ada yang mengambil air di sumur tetangga untuk keperluan mandi dan masak. Ada pula yang sibuk merapikan rumah dan menjaga adiknya yang paling kecil.
Untuk sarapan, singkong rebus menjadi menu andalan Yoyoh dan Saefudin untuk menjalani hari-harinya. “Kalau pagi sarapannya cukup singkong rebus dan air putih. Walaupun ada uang, yang dikasih cuma Yaya saja karena dia masih kecil,” ungkap Yoyoh.
Untuk makan sehari-hari, ia mengaku harus menunggu sang suami pulang berjulan pakis di Pasar Parung. Itu pun kalau hasil penjualannya laris. Jika tidak, lagi-lagi singkong jadi pilihannya selain berutang pada tetangga. “Makannya singkong lagu. Kalau bapak ada rezeki, utang di warung dibayar. Terkadang satu bulan baru dibayarkan,” katanya.
Tak hanya kondisi rumah yang sudah rapuh, penderitaan semakin bertambah karena sambungan listriknya terpaksa diputus PLN karena tak sanggup membayar tagihan. “Hidup gelap-gelapan kalau listriknya diputus. Semoga nanti bisa punya rumah yang lebih layak,” harapnya.
Sekadar diketahui, kondisi rumah Yoyoh dan Saefudin memang jauh dari kata layak. Saat hujan, semua keluarga terpaksa berjibaku membersihkan air hujan yang masuk ke rumah.
Walaupun hidup serba pas-pasan, melihat ke-12 anak dalam keadaan sehat dan bisa bersekolah merupakan kebanggaan yang tak ternilai. “Semoga kelak ke-12 anak saya tidak mengalami apa yang saya alami,” pintanya.
(ads/c/feb/run)