METROPOLITAN – Aksi membabi buta dilakukan Mamat (45), warga Kampung Pabuaran, RT 02/03, Desa Gobang, Kecamatan Rumpin. Dengan sengaja ia membacok tiap orang yang ditemuinya.
Tiga orang pun jadi korban, termasuk Kapolsek Rumpin Kompol S Siman gunsong yang terpaksa harus mendapat jahitan di tangannya. Sedangkan Anggun (3), keponakan Mamat, juga tewas setelah dibacok kepalanya berkali-kali. Kompol S Simangunsong mengatakan, pelaku tak hanya membacok Anggun, tetapi juga saudaranya sendiri, Rosadi (70).
Anggun mengalami luka bacok di bagian kepala, wajah, leher hingga lengan kanan. Sedangkan Rosadi mengalami luka bacok di bagian wajah dan jari tangan kirinya nyaris putus. Sedangkan kapolsek mengalami luka pada bagian jari tengah akibat terkena lemparan batu dari pelaku sehingga harus mendapatkan tiga jahitan.
“Awalnya korban berkumpul bersama keluarganya dalam kamar. Ia kaget melihat kedatangan pelaku dengan menenteng golok dan langsung keluar rumah sambil berteriak-teriak,” jelasnya.
Namun nahas, saat keluarga lainnya berusaha menyelamatkan diri, tiba-tiba Anggun yang tengah digendong ibunya di depan masjid berpapasan dengan pelaku. Secara tiba-tiba, pelaku langsung mengayunkan golok yang dibawanya lalu mengenai kepala korban. “Korban terkena bacokan golok pelaku di kepalanya,” ucapnya.
Sang paman, Rosadi, coba menghentikan perbuatan pelaku. Namun, ia justru terkena sabetan. “Korban tadinya niat membantu, tetapi pelaku malah menyabetnya berkali-kali dan langsung melarikan diri,” tuturnya.
Beruntung pelaku bisa ditahan dengan barang bukti satu buah golok. “Sudah kita amankan di polsek. Kita juga sudah meminta Visum et Repertum (VeR) ke Rumah Sakit Umum Leuwiliang sekaligus melihat kondisi korban,” ujarnya.
Sementara kakak pelaku, Nur Aetih (55) menuturkan, perubahan yang dialami adiknya sudah terjadi sejak lima tahun lalu. Biasanya saat kumat, pelaku tidak pernah berlaku galak, melainkan seperti orang pada umumnya. “Kalau kumat ya marah saja, tidak galak. Kita juga nggak tahu itu golok siapa, sebab di rumah tidak ada golok seperti itu,” kata Nur.
Nur mengaku setiap satu bulan penyakit adiknya selalu kumat. Sementara keluarganya sudah angkat tangan menyembuhkan pelaku lantaran tak kunjung sembuh dari penyakitnya. “Sakitnya gitu saja kayak orang stres. Awalnya karena suka ngaji-ngaji gitu. Sudah punya anak kok satu, tetapi dibawa mantan istrinya. Sebelumnya sempat jualan es di Tangerang,” ucapnya.
Ia menjelaskan, sebenarnya kejanggalan ini sudah coba dilaporkan keluarganya kepada ketua RT setempat untuk ditindaklanjuti. Namun tidak direspons sehingga ia terpaksa melaporkan persoalan ini ke lurah setempat agar segera mengamankannya.
“Sudah tiga kali lapor tapi dibiarin. Kita juga takut, soalnya sikapnya sudah gitu. Sampai ngancam-ngancam mau bunuh siapa aja. Setidaknya kalau di rumah kan keluarga juga masih bisa lihat,” ungkapnya.
(rez/c/feb/run)