METROPOLITAN - Pascabanjir bandang menerjang sekolah dan pemukiman warga, Walikota Bogor Bima Arya langsung mendatangi lokasi. Isak tangis pecah saat dua jenazah korban banjir tiba di rumah keluarga korban yang tak jauh dari lokasi banjir sekitar pukul 17:30 WIB, kemarin. Sirine ambulans memancing ratusan warga ke rumah duka karena ingin melihat secara langsung setelah korban sempat dibawa ke Rumah Sakit (RS) Islam Bogor.
Selang setengah jam setelah jenazah tiba, orang nomor satu di Kota Hujan itu meninjau lokasi banjir. Di sana, Bima mengecek kondisi tembok yang jebol dan tiga rumah warga yang rusak. Setelah itu, Bima langsung bergerak ke rumah duka.
Di hadapan dua jenazah, ia menengadahkan kedua tangannya dengan khusyuk sambil merapalkan doa. Bima juga menyempatkan menengok suami korban, Hamid Setiawan (37), bersama putranya, Dzahwan Armidio (6) yang selamat dari banjir maut. Hamid bersama putranya hanya bisa terbaring lemas dengan sejumlah luka di sekujur tubuhnya. “Nanti langsung berobat ke RSUD, Pak. Harus dicek dengan teliti, khawatir ada luka parah,” kata Bima.
Selain itu, Bima telah menyuruh camat dan lurah untuk mengurus pemakaman jenazah hingga tuntas. Semua biaya pemakaman ditanggung Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor. “Saya minta camat dan lurah mengurus jenazah dan membawa korban selamat ke RSUD. Semua biayanya sudah ditanggung. Untuk rumah yang rusak nanti ada bantuannya juga,” tegasnya.
Terkait penyebab banjir, Bima mengaku masih mengumpulkan informasi di lapangan. Korban selamat sendiri sempat mengatakan banjir besar tersebut akibat saluran air yang terlalu kecil dan tembok sekolah yang menghalangi saluran air.
“Sejauh ini saya lihat karena volume air yang jauh lebih besar dari biasanya sehingga tidak mampu menampung debit air dan menyebabkan tembok ambruk. Saya belum melihat ada faktor lain. Kami kumpulkan dulu informsinya,” kata Bima.
Karena cuaca ekstrem, Bima meminta seluruh elemen tanggap bencana dengan mengidentifikasi wilayah-wilayah yang rawan bencana. Tak kalah penting, dirinya berpesan agar selalu mengecek saluran air untuk menghindari banjir serupa saat cuarah hujan tinggi. “Setelah ini kami antisipasi agar kejadian serupa tidak terulang lagi,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala SMA 2 Surya Setia Mulyana belum bisa menginventarisir jumlah kerugian yang diakibatkan banjir itu. Ia membantah tuduhan jika tembok sekolahnya menjadi penyebab banjir besar ini. “Bukan karena tembok tapi memang dari dulu saluran airnya. Banjir ini bukan karena tembok sekolah tapi karena memang saluran airnya kecil. Sementara debit airnya begitu tinggi, jadi tembok tidak bisa menahan,” kata Surya di lokasi.
Rencananya, hari ini pihak sekolah baru akan melakukan pendataan untuk menginventarisir kerugian. Terkait banyaknya motor yang terbawa dan rusak, Surya tak bisa memastikan akan mendapat bantuan. “Kami tidak punya kemampuan untuk kompensasi motor yang rusak. Nanti kami akan duduk bareng keluarga siswa untuk mencari solusinya. Kami kembalikan ke mereka,” jelasnya.
(fin/c/ feb/run)