Siang itu, puluhan pelajar Bogor membuat suasana di Jalan Raya Sholeh Iskandar mendadak heboh. Petugas berseragam dan bersenjata dari Polresta Bogor Kota mendatangi kumpulan pelajar yang asyik nongkrong di jalanan. Tak ayal, dengan nada keras seluruh siswa dipaksa membuka bajunya di pinggir jalan hingga jadi tontonan warga.
“Buka baju kamu!” ucap seorang lelaki berbadan tegap kepada puluhan siswa. Dengan bertelanjang dada, puluhan siswa pun dijemur di bawah terik matahari.
Bukan hanya itu, pelajar Bogor yang kedapatan membawa senjata tajam juga dipaksa telentang di atas trotoar. Hampir satu jam mereka dijemur di jalanan sebelum digelandang ke Mapolresta Bogor Kota di Kedunghalang.
Tak lama berselang, polisi kembali menangkap enam pelajar yang nongkrong di depan Lotte Mart. Dan benar saja, ada senjata tajam yang mereka kantongi. Mulai dari celurit, badik dan golok.
Berdalih untuk berjaga-jaga, para pelajar SMK Tridarma setiap hari membawa senjata itu ke sekolah. Ini sengaja dilakukan agar mudah melukai musuhnya dalam tawuran antarpelajar. “Hanya untuk jaga-jaga, karena di jalan suka ketemu musuh yang ngajak tawuran,” ujar Pelajar SMK Tridarma, Rudiansyah.
Remaja yang masih duduk di kelas 2 SMK ini mengaku memiliki banyak musuh sejak bersekolah di SMK Tridarma. Tak heran jika dalam tasnya bukan lagi buku yang dibawa, melainkan senjata tajam. “Kadang kalau pulang sekolah suka ada yang cegat, makanya harus persiapan untuk melawan,” terangnya.
Di Mapolresta Bogor Kota, 96 pelajar Bogor yang bikin heboh dengan rencana aksi tawuran itu kembali dihukum habis-habisan. Mulai dari tiarap hingga dipaksa jalan jongkok di tengah lapangan.
“Mereka sengaja diberikan syok terapi oleh para anggota sambil menunggu orang tua dan gurunya. Banyak juga dari mereka yang bertato,” ungkap Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota Kompol Condro Sasongko yang ikut dalam penangkapan pelajar.
Dari puluhan pelajar yang ditangkap, empat orang berasal dari SMA PGRI 1 Bogor, dua di antaranya adalah penyusup yang berpura-pura jadi pelajar. Dengan memakai celana SMA, MF (17) dan AD (17) berhasil dibuka kedoknya.
Menurut Condro, keduanya merupakan provokator yang menjadi otak dari aksi brutal di jalanan. “Mereka ini merupakan provokator di setiap tawuran yang terjadi di Jalan KH Soleh Iskandar,” katanya.
Celurit yang dibawa kedua orang tersebut, menurut Condro, milik teman-temannya yang sering tawuran. “Katanya milik teman-temannya, ia hanya dititipin,” jelasnya.
Keduanya dianggap menguasai Jalan KH Soleh Iskandar sampai simpang lampu merah. Perannya sebagai penghubung antara satu kelompok dengan kelompok lain. “Kalau keempat lainnya pelajar biasa,” paparnya.
Condro memastikan akan melepas seluruh pelajar dengan syarat berlaku. “Kita lepaskan lagi mereka sampai guru atau orang tua mereka datang ke sini agar tahu bahwa anak-anaknya sering tawuran dengan senjata tajam,” tandasnya.
(mam/c/feb/dit)