Senin, 22 Desember 2025

Menyambung Hidup dari Jual Selai Pisang

- Kamis, 20 April 2017 | 08:28 WIB

Usia mak Onih memang sudah tua, tapi ia masih gesit berjualan. Meski jalannya tertatih-tatih, tangan keriputnya masih piawai membuat irisan pisang menjadi selai. Ya, di gubuk reyotnya di Kampung Kubang, Desa Banjarwaru, Ciawi, Kabupaten Bogor, ia mengisi hari tuanya dengan berjualan selai demi menyambung hidup pasca meninggalnya sang suami. USIA nenek Roni sudah menginjak 97 tahun. Meski usianya sudah sangat senja, ia masih memiliki semangat untuk hidup. Demi menyambung hidup, dirinya mengandalkan dagangannya dengan berjualan selai pisang. Satu kilogram selai pisang, dijualnya seharga Rp12.000. “Di jual ke mana saja selai pisangnya. Kadang ada yang membeli ke rumah. Dapat pisangnya dari penjual dekat sini. Terus dibuat di rumah,” ucap mak Onih. Ia sengaja memilih hidup menyendiri di sebuah bangunan yang terbuat dari bilik bambu. Padahal, ia masih memiliki seorang anak laki-laki yang tinggal di daerah Jambuluwuk, Tapos, Ciawi, Kabupaten Bogor. Tapi, ia merasa tak betah jika harus tinggal di rumah anak. Sebab, ia terus memikirkan nasib kuburan mendiang suaminya abah Eno yang sengaja ditempatkan di samping kamarnya. “Dulu, sempat tinggal di rumah anak. Tapi nggak betah, segan. Sudah betah di sini,” ucap mak Onih. Kondisi makam suaminya yang berada di dalam rumah itu pun ditutupi beberapa papan kayu. Hal itu ia lakukan agar tidak rusak dan tidak terinjak-injak. “Di alas kayu supaya nggak rusak saja,” katanya. Di waktu-waktu tertentu, ia masih terkenang almarhum suaminya. Ia mengatakan, suaminya meninggal disebabkan sakit karena faktor usia. Nenek Roni pun mengaku ingin menghabiskan masa hidupnya di gubuk sederhananya itu ditemani makam suami tercintanya. “Sudah lama meninggal. Kadang-kadang, masih suka ingat suami,” ucapnya. (feb/dit)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X