Senin, 22 Desember 2025

Sucikan Hati, Sambut Bulan Suci

- Senin, 29 Mei 2017 | 09:16 WIB

“WAHAI para pemburu kebaikan, sambutlah … Dan wahai para pelaku kemak­siatan, berhentilah segera… (HR. Tirmidzi, no.618 dan Ahmad, no.18042).

RAMADHAN datang seben­tar lagi, kita harus membenahi diri untuk menyambut bulan suci. Perbanyaklah doa kepada Dzat yang menggenggam umur kita bisa menikmati in­dahnya bulan puasa. Sucikan hati, bersihkan jiwa. Bekali diri dengan ilmu dan penge­tahuan. Bersihkan iman dari kesyirikan, perbanyak istigfar dan ampunan. Bagaimana kita bisa menikmati bulan suci kalau hati masih kotor.

Rasulullah SAW bersabda, “ketahuilah bahwa dalam tu­buh ini ada segumpal daging. Apabila segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh jasad. Tapi bila segumpal daging itu buruk, maka buruk­lah seluruh jasad. Ketahuilah segumpal daging itu adalah hari,” (HR. Bukhari, no.50 dan Muslim, no.2996).

Ibnu Mubarak berkata, “aku pernah bertanya kepada Wahib bin al-Ward, `apakah orang –orang yang suka ber­maksiat kepada Allah SWT bisa merasakan lezatnya iba­dah?` Dia menjawab, `Tidak, mereka tidak bisa merasakan lezatnya ibadah yang sebena­rnya. Begitu juga orang yang punya pikiran dan keinginan untuk bermaksiat kepada Al­lah SWT.” (Kitab Mukasyafatul Qulub :243).

Hati adalah bagian tubuh yang sangat vital, perhatian kita terhadap kebaikan kondisi hati harus lebih besar melebihi perhatian kita terhadap kes­ehatan badan itu sendiri. Karena hati yang sakit dampaknya jauh lebih besar daripada dampak badan yang sakit. Badan yang sakit dirasakan oleh si empunya. Tapi hati yang sakit, dirasakan si empunya dan berimbas ke orang lain. Badan yang sakit, perihnya tadak hanya di dunia, berlanjut ke akhirat. Badan yang sakit, ada masanya dan pasti akan berakhir. Tapi hati yang sakit, akan berkepanjangan dan berkesinambungan sampai ke akhirat yang kekal abadi.

Kenyataannya, selama ini kita banyak memperhatikan badan dan jasad. Apabila badan kita kurang sehat atau sakit, maka kita segera mencari obat yang kita yakini mujarab dan men­gonsumsinya agar sehat segera reda. Atau mendatangi dokter yang ahli untuk berobat atau minta resep yang paten agar kesehatan segera pulih kem­bali. Sedangkan bila yang sakit itu hati, kita diam seakan tak perduli. Tak ada upaya segera untuk mencari penawarnya. Tak ada kegundahan dan usaha un­tuk mencari obatnya. Padahal imbas keburukan hati yang sakit lebih dahsyat daripada imbas sakitnya badan.

Oleh karena itu, ada un­gkapan dari para ulama` pendahulu kita, “Sungguh mengherankan sikap banyak manusia di dunia ini, mereka banyak menangisi orang yang jasadnya mati, tetapi mereka tidak pernah menangisi orang – orang yang hatinya telah mati, padahal matinya hati itu lebih dahsyat daripada mat­inya jasad.” (Kitab Tazkiyatun Nufus : 33).

Allah SWT mengingatkan kita dengan firmannya : “Dan sesungguhnya Kami jadikan kebanyakan dari Jin dan Ma­nusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (Ayat – ayat Allah). Dan mereka mempun­yai mata, tetapi tidak dpergu­nakan untuk melihat (tanda – tanda Kekuasaan Allah). Dan mereka mempunyai telinga, tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar (Ayat – ayat Allah). Mereka itu seperti bina­tang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang – orang yang lalai.” (QS. Al A`raaf : 179).

Di bulan Sya`ban ini kita berdoa kepada Alla SWT, supaya Dia memberkahi kita semua. Dan kita juga sangat berharap kepada-Nya agar memanjangkan umur kita sehingga kita bias berjumpa dengan bulan Ramadhan yang akan datang. Mari kita sambut datangnya bulan suci dengan menyucikan hati. Su­paya kita mampu memenuhi panggilan para Malaikat yang menyeru saat Ramadhan akan tiba, “Wahai para pemburu kebaikan, sambutalah … Dan wahai para pelaku kemak­siatan, berhentilah…,!” (HR. Trimidzi, no. 168 dan Ahmad, no. 18042)

Al Faqeer Ahmad Tavip Budi­man S.Ag, M.Si (DMI BOGSEL, Kota Bogor Doc. 1436H.

(*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X