Senin, 22 Desember 2025

Lahan Situs Badigul Mau Dibebaskan Pemkot Bogor

- Selasa, 6 Juni 2017 | 08:36 WIB

TERKUBURNYA Situs Badigul yang ada di Rancamaya kini menjadi sorotan. Wali Kota Bogor Bima Arya pun akhirnya angkat bicara. Ia menyatakan situs tersebut masih dalam kajian. Sebab sejak ta­nahnya dikuasai pengembang perumahan elite Rancamaya Golf, belum ada kejelasan soal status situs tersebut. “Ya seka­rang ini pemerintah kota (pem­kot) masih melakukan kajian. Setelah itu selesai, mau tidak mau lahannya nanti harus di­bebaskan karena Situs Badigul nantinya masuk cagar budaya,” ujarnya kepada Metropolitan. ­

Bima juga mengaku akan mengundang pihak terkait untuk membicarakan Situs Badigul. Sehingga, ada kes­epakatan antara kedua belah pihak untuk membicarakan situs tersebut. “Kalau sudah ada kesepakatan dan diketahui se­jarahnya tentang situs tersebut, maka lokasi itu harus dibebas­kan karena akan menjadi milik publik,” terangnya.

Terkait sejumlah masyara­kat yang tidak bisa melihat Situs Badigul, menurut Bima, merupakan hal wajar karena situs tersebut berada di wilayah private. Sehingga jika ada orang yang akan berkunjung ke situs tersebut, harus memiliki izin dari pemilik lahan. “Pemkot nantinya hanya memfasilitasinya saja agar masyarakat dapat masuk ke Situs Badigul,” paparnya.

Sementara tokoh budayawan Bogor Karyawan Faturachman turun memberi pandangannya soal situs peninggalan Prabu Siliwangi tersebut. Karfat me­nuturkan, Bukit Badigul adalah situs atau tempat yang ketika seseorang melakukan doa san­gat mudah dijabah. Pernyataan itu diperkuat karena di kawasan itu memiliki mikro tesla yang tera­mat tinggi di angka sebesar 73 (jika di tempat umum mikro tesla hanya berkisar di angka 44, red).

Dengan dasar itu, ketika suatu tempat memiliki nilai spiritual, pernyataan yang lebih tepat adalah lokasi itu bukan makam, melainkan makom atau tempat yang sering dikunjungi sep­erti petilasan bagi para raja. “Kawasan Rancamaya ini punya daya pancar yang tinggi sep­erti Situs Gunung Padang dan Situs Cibalay. Kita juga pernah melakukan penelitian dengan alat bernama magneto meter. Sehingga, kawasan ini lebih tepatnya biasa dilakukan para raja sebagai tempat mengobrol sesuatu yang khusus, ibadah atau padepokan,” tutur dia.

Terpenting, tambah Karfat, Bukit Badigul bukanlah tempat yang harus disembah masyara­kat, melainkan untuk diketahui semua orang bahwa orang tua kita (raja-raja Sunda, red) pernah melakukan doa di kawasan terse­but. “Tempat itu bukan untuk disembah, hanya untuk diketahui masyarakat. Banyak artinya, ya memang harus dilestarikan,” tutupnya.

 (mam/rez/c/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X