TERKUBURNYA Situs Badigul yang ada di Rancamaya kini menjadi sorotan. Wali Kota Bogor Bima Arya pun akhirnya angkat bicara. Ia menyatakan situs tersebut masih dalam kajian. Sebab sejak tanahnya dikuasai pengembang perumahan elite Rancamaya Golf, belum ada kejelasan soal status situs tersebut. “Ya sekarang ini pemerintah kota (pemkot) masih melakukan kajian. Setelah itu selesai, mau tidak mau lahannya nanti harus dibebaskan karena Situs Badigul nantinya masuk cagar budaya,” ujarnya kepada Metropolitan.
Bima juga mengaku akan mengundang pihak terkait untuk membicarakan Situs Badigul. Sehingga, ada kesepakatan antara kedua belah pihak untuk membicarakan situs tersebut. “Kalau sudah ada kesepakatan dan diketahui sejarahnya tentang situs tersebut, maka lokasi itu harus dibebaskan karena akan menjadi milik publik,” terangnya.
Terkait sejumlah masyarakat yang tidak bisa melihat Situs Badigul, menurut Bima, merupakan hal wajar karena situs tersebut berada di wilayah private. Sehingga jika ada orang yang akan berkunjung ke situs tersebut, harus memiliki izin dari pemilik lahan. “Pemkot nantinya hanya memfasilitasinya saja agar masyarakat dapat masuk ke Situs Badigul,” paparnya.
Sementara tokoh budayawan Bogor Karyawan Faturachman turun memberi pandangannya soal situs peninggalan Prabu Siliwangi tersebut. Karfat menuturkan, Bukit Badigul adalah situs atau tempat yang ketika seseorang melakukan doa sangat mudah dijabah. Pernyataan itu diperkuat karena di kawasan itu memiliki mikro tesla yang teramat tinggi di angka sebesar 73 (jika di tempat umum mikro tesla hanya berkisar di angka 44, red).
Dengan dasar itu, ketika suatu tempat memiliki nilai spiritual, pernyataan yang lebih tepat adalah lokasi itu bukan makam, melainkan makom atau tempat yang sering dikunjungi seperti petilasan bagi para raja. “Kawasan Rancamaya ini punya daya pancar yang tinggi seperti Situs Gunung Padang dan Situs Cibalay. Kita juga pernah melakukan penelitian dengan alat bernama magneto meter. Sehingga, kawasan ini lebih tepatnya biasa dilakukan para raja sebagai tempat mengobrol sesuatu yang khusus, ibadah atau padepokan,” tutur dia.
Terpenting, tambah Karfat, Bukit Badigul bukanlah tempat yang harus disembah masyarakat, melainkan untuk diketahui semua orang bahwa orang tua kita (raja-raja Sunda, red) pernah melakukan doa di kawasan tersebut. “Tempat itu bukan untuk disembah, hanya untuk diketahui masyarakat. Banyak artinya, ya memang harus dilestarikan,” tutupnya.
(mam/rez/c/feb/run)