Minggu, 21 Desember 2025

Tiga Hari Sekali Bersihkan Makam Tentara Jerman

- Sabtu, 25 November 2017 | 08:47 WIB

-

METROPOLITAN - Menyusuri hutan di kaki Gunung Pangrango sambil melintasi permukiman padat penduduk, sebuah tugu bergaya kolonial terlihat dari kejauhan. Di Kampung Arca, Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, sebuah makam di era 1900-an tampak masih terawat. Meski telah berusia tua, bangunan klasik itu menyimpan kisah tentang jejak tentara Jerman di tanah Pasundan. ‘Makam Jerman’, begitu warga menyebutnya.

Sepasang lansia yang tinggal tak jauh dari lokasi makam banyak menceritakan tentang keberadaan makam tersebut. Adalah Suherman (86) dan istrinya, Nyai (70). Pasangan suami istri (pasutri) yang tinggal dengan anak dan istrinya itu jadi saksi kunci sejarah tentara Jerman di wilayah Bogor.

Di rumah sederhana di Gang Yusuf, Kampung Arca, RT 05/06, Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, pasutri itu yang tiga hari sekali membersihkan area makam.

Keduanya adalah saksi hidup warga lokal yang pernah berinteraksi langsung dengan para tentara legendaris Jerman itu. Suherman bahkan menunjukkan beberapa berkas peninggalan masa lalu. Ia mewarisi pekerjaan ayahnya, Sumadi, sebagai penjaga kebun teh yang berada di sekitar makam tersebut.

Kedua pasangan ini melihat langsung kepergian Willi Petschow (pengelola kebun teh, red). "Mister pekon itu percayakan kepada bapak saya. Kemudian saya menjaga di sana," ujar Suherman.

Saat ini, lahan tersebut dimiliki saudagar keturunan Tionghoa. Namun demikian, Ia tetap dipercayakan Kedutaan Besar Jerman untuk merawat makam tersebut. Sehari-harinya, mereka membuka warung makanan. "Saya masih simpan surat tanah girik yang dikasih sama mister pekon itu. Ini dari ayah saya," katanya. Namun demikian, kakek yang masih tampak bugar ini mengaku tidak tahu harus menanyakan girik itu kepada siapa.

Ditanya soal makam, Suherman sewaktu kecil pernah diceritakan orang tuanya soal keberadaan orang Jerman. Menurutnya, makam ini rutin dikunjungi warga dan Pemerintah Jerman. Setiap kali orang-orang Jerman itu datang ke makam tersebut, selalu mampir ke rumahnya.

Waktu rutinnya yakni setiap bulan November. Bahkan bisa mencapai seratus orang lebih. Selain itu, lokasi ini kerap menjadi studi tur anak sekolah. Mereka datang untuk menggali sejarah tentara Nazi. "Ada yang luar Bogor, ada yang sekitar yang lebih sering," timpal Nyai mendampingi suaminya.

Suherman merasa bersyukur situs Makam Jerman ini terhindar dari tangan jahil. Selama hidupnya, tak ada coretan yang berbekas pada tugu maupun makam. "Ya kalau mau membersihkan paling tiga hari sekali," ungkapnya.

Sayangnya, pada era 50-an, keberadaan kebun teh di lokasi makam ini perlahan menghilang seiring bertambah padatnya penduduk dan maraknya wisata di kawasan Puncak Bogor. Kebun-kebun teh itu mulai dibangun permukiman penduduk.

(viv/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X