Minggu, 21 Desember 2025

Komitmen Damaikan Konflik Perang Suadara di Seluruh Belahan Dunia

- Senin, 15 Januari 2018 | 08:37 WIB

-

Mungkin bagi sebagain orang di Indonesia, masih ada yang belum mengenal sosok Djuyoto Suntani. Siapa sangka, pria kelahiran 6 Juli 1962 di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah ini ternyata adalah salah satu orang yang berpengaruh di dunia. Melalui Komite Perdamaian Dunia, pria dengan gelar pendidikan Doktor Filsafat itu mempunya mimpi besar yakni 'Membangun Peradaban Baru Satu Keluarga Bumi dengan Hati'.

Djuyoto adalah salah satu penggagas Komite Perdamaian Dunia. Institusi kemasyarakatan internasional ini dideklarasikan di Kota Basel, Swiss pada 7 Maret 1997. Komite ini diprakarsai sembilan tokoh dunia dari sembilan negara paling berpengaruh di planet bumi. Pada tahun yang sama, semua kepala negara di seluruh dunia ditetapkan sebagai anggota kehormatan yang dilengkapi dengan kartu anggota.

Komite Perdamaian Dunia merupakan satu-satunya institusi kemasyarakatan internasional yang memiliki sistem kepemimpinan internasional kolektif, yang dipilih oleh perwakilan dari 202 negara. Dari Indonesia, komite ini melahirkan produk legendaris berupa 'Gong Perdamaian Dunia'. Pada 2003, gong tersebut ditetapkan 179 kepala negara di Swiss sebagai satu-satunya sarana persauadaraan dan pemersatu umat manusia di planet bumi sepanjang masa.

Gong ini telah dipasang secara permanen di tempat penting 49 negara besar. Belum lama ini, komite tersebut berhasil mendamaikan konflik antara pemerintah Kolombia dengan pemberontak FARC yang ditandai pemasangan gong di Boyoca, Kolombia, pada 25 Desember 2016. Usaha mendamaikan tersebut tak terlepas dari peran penting Kedutaan Besar Replubik Indonesia (KBRI) di Bogota dan pemerintah Kolombia.

Djuyoto mengakui bahwa konflik perang saudara di seluruh dunia menjadi peristiwa yang tak bisa dihindari. Namun ia meyakini, hal tersebut bisa diminimalisir apabila yang bertikai memiliki pandangan yang sama: semua manusia satu keluarga di bumi. Tinggal di Bumi yang sama, minum air yang sama, menghirup udara yang sama, meninggal di bumi yang sama, di bawah langit yang sama dan ciptaan Tuhan yang sama. “Kalimat itu yang saya pegang hingga saat ini dan menjadi ajaran hidup saya,” ujarnya kepada Metropolitan saat berbincang di salah satu restoran di kawasan Cibubur, Sabtu (13/1) lalu.

Pria dengan penampilan sederhana ini mengatakan, ada beberapa perwakilan pemerintahan negara yang meminta komitenya ikut membantu mendamaikan perang saudara di negara tersebut. Hal ini pun menjadi tugas mulia Djuyoto bersama rekan-rekannya. Dalam waktu dekat ini, Djuyoto akan mengambil bagian dari usaha perdamaian perang saudara di Yaman. Sebab beberapa waktu lalu pemerintah dan rakyat Yaman secara resmi meminta bantuan Komite Perdamaian Dunia untuk turut serta menyelesaikan masalah di Yaman.

Permintaan tersebut disampaikan Langsung Duta Besar Republik Yaman untuk Indonesia, HE Mr Mohamed Ali Al Najar, kepada Presiden Komite Perdamaian Dunia, Djuyoto Suntani, pada pertemuan di kantor Kedutaan Besar Republik Yaman di Menteng, Jakarta, Jumat (15/12/2017). Djuyoto yang mempunyai komitmen mendamaikan setiap perang suadara di seluruh belahan dunia ini, akan berangkat ke Yaman guna mencari solusi atas permasalahan tersebut. “Pendekatan awal kami mendamaikan konflik adalah dengan mengakui kedua belah pihak terlebih dahulu. Setelah itu kami akan melakukan upaya selanjutnya sampai ada kata 'damai' dari yang bertikai,” tandasnya. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X