METROPOLITAN - Kabar mengejutkan datang dari Kabupaten Bogor. Calon bupati Bogor dari nomor urut lima, Ade Wardhana tiba-tiba mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua DPW Jawa Barat Partai Perindo. Keputusan ini pun diklaim sebagai langkah Ade untuk memfokuskan diri di bursa lima tahunanan Kabupaten Bogor.
Menurut Ade, keputusan ini diambilnya karena ingin fokus menatap pilkada Kabupaten Bogor 2018. Sebab, seperti diketahui saat-saat ini, partai politik sedang melakukan rekrutmen calon anggota legislatif di momentum pileg 2019 dan tentu parpol tidak boleh melewatinya. Sehingga, dengan keputusan ini ia ingin lebih memberikan ketauladanan sebagai pemimpin yang tidak mampu atau berhalangan melaksanakan tugas untuk tidak menghambat perkembangan partai.
“Dalam kondisi itu (rekrutmen calon legislatif) saya tidak mampu untuk hadir sebagai penanggungjawab partai. Maka alangkah lebih baik saya legowo untuk mundur dari Perindo agar pengganti saya lebih fokus dan konsentrasi menyiapkan hal tersebut,” kata Ade saat menggelar konfrensi pers di Hotel Salak, kemarin.
Namun, dari kacamata pakar politik, keputusan Ade wardhana yang memilih mundur merupakan salah satu bentuk manuver politik untuk kepentingan di Pilbup Bogor. Pengamat Politik, Yus Fitriadi berkeyakinan jika keputusan ini hanya untuk merangkul banyak vote gatter dan meraih simpati pemilih. “Saya melihat ini hanya strategi politik. Karena, kultur masyarakat Kabupaten Bogor ini didominasi oleh kultur religius, yang sangat mungkin nama Ketum Partai Perindo tidak cukup mampu untuk mendulang dan meraih simpati masyarakat. Bahkan mungkin dalam kontek kultur Kabupaten Bogor akan sangat merugikan bagi kontestasinya (di Pilbup Bogor),” kata Yus.
Yus sendiri berprasangka jika dari awal hingga pencalonannya di Pilbup Bogor, Ade Wardhana hanya ingin mendongkrak namanya untuk mengikuti kontestasi di Pileg 2019. Sehingga, dengan strategi kemundurannya ini akan sangat mungkin Ade kembali ke Partai Perindo atau menunggu direkrut oleh partai lain, apalagi namanya sudah dikenal oleh masyarakat.
“Seperti kita ketahui, tidak ada parpol yang berbasis ideologi apapun, bahkan kalau kita lihat platform parpol semuanya relatif sama. Sehingga berpindah-pindah parpol demi mengejar kekuasaan adalah sesuatu yang biasa-biasa saja, bahkan mungkin sebuah kewajaran ketika orientasinya hanyalah kekuasaan. Apapun partainya yang penting bisa menghantarkan dirinya kepada kekuasaan,”ujarnya.
Sementara itu, ditanya mengenai manuver itu, Ade menapiknya. Ia mengatakan kalau kemundurannya dari Partai Perindo tak berkaitan dengan pencalonannya di Pilbup.
“Tidak ada kaitanya. Hari ini pun saya keluar dari partai dan keanggotaan Perindo karena saya tidak memiliki ketergantungan kepada siapapun. Insya Allah, Allah akan menunjukan jalan yang terbaik bagi saya, sesuai istikharah yang saya lakukan,” ucap dia.
(rez/c/feb)