Keberadaan sungai di Kota Bogor jadi daya tarik pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Bogor Bima Arya-Dedi A Rachim. Kemarin, keduanya menyusuri Sungai Ciliwung untuk merasakan sendiri atmosfer arung jeram di pusat kota.
Bima-Dedie kompak terjun ke sungai untuk melihat potensi wisata di aliran Sungai Ciliwung. Bertajuk ‘Badra Ekspedisi CIliwung’, keduanya melintasi trek ‘perawan’ sejauh lima kilometer. Mereka berhasil menaklukkan jalur yang baru pertama kali dilintasi perahu karet hingga garis finis di kawasan Sempur dari start sebelumnya di kawasan Pulo Geulis, Bogor Tengah.
Dengan kontur unik dan melintasi Kebun Raya, Sungai Ciliwung memiliki daya tarik luar biasa untuk dijadikan pengembangan sport tourism. Dari pantauan, tidak sekadar menyusuri sungai untuk pengembangan wisata, ada misi lain yang coba digaungkan Bima-Dedie.
Pasangan nomor urut tiga dalam pilwalkot Bogor juga terlihat membawa plastik sampah berukuran besar. Bima-Dedie dan rombongan tampak menepi setiap menemukan tumpukan sampah yang dibuang warga. “Salah satu tantangan untuk menjadi sungai sebagai objek wisata adalah harus bersih. Kami tadi menemui banyak warga di bantaran sungai, kami sampaikan untuk menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah ke sungai,” ungkap Bima Arya didampingi Dedie Rachim, Kamis (29/3/2018).
Tampak keseruan di wajah para peserta ‘Badra Ekspedisi Ciliwung’. Jeram-jeram sedang hingga menantang dilintasi mereka. Di sepanjang tepian sungai, terdapat aneka tumbuhan yang menghijau, bebatuan yang unik, jembatan peninggalan Belanda dan jajaran permukiman penduduk. Bahkan sesekali muncul hewan-hewan eksotik seperti biawak, musang dan tupai, khususnya saat melintasi jalur sungai dalam Kebun Raya Bogor.
Tiba di check point pertama, tepatnya di Lebak Kantin, Sempur, Kota Bogor, Bima-Dedie dan peserta lainnya dimanjakan dengan hidangan minuman tradisional seperti es tuak aren yang menyegarkan, bandrek yang menghangatkan hingga kuliner khas Bogor, doclang, yang memanjakan lidah. Tak lupa iringan musik semakin membuat suasana lebih ceria.
Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju kawasan Ciremai Ujung. Setiap warga yang dijumpai di pinggir sungai, disapa Bima-Dedie. Beberapa jeram pun sempat membuat para peserta dag dig dug. “Ini cocok untuk wisata air keluarga, karena tidak terlalu berbahaya. Ada beberapa titik yang menantang tapi masih aman untuk keluarga,” ungkap Bima.
*Penataan Sungai Jadi Prioritas Bima-Dedie*
Sementara itu, tampak dalam rombongan adalah salah satu expert di bidangnya, yakni Haris Budiyanto yang juga pengurus Persatuan Arung Jeram Indonesia (PAJI) Pengcab Kota Bogor. Menurutnya, lintasan arung jeram yang dilalui Bima-Dedie merupakan pengarungan pertama kali karena belum pernah dilalui siapa pun sebelumnya.
“Potenisnya bagus untuk wisata olahraga, seperti arung jeram. Bisa dibilang ini satu-satunya arung jeram yang berada di tengah kota. Tentunya kami mendukung langkah Kang Bima dan Kang Dedie untuk mewujudkan itu. Treknya keren, melintasi permukiman padat penduduk, Kebun Raya dan lain sebagainya,” ujar Haris.
Ya, Bima Arya menilai Sungai Ciliwung merupakan salah satu potensi sumber daya alam yang ada di Kota Bogor namun belum tergarap. “Padahal, wisata di luar negeri banyak yang menawarkan danau atau sungai sebagai wisata. Ke depan, penataan sungai khususnya Ciliwung akan menjadi prioritas kami. Ciliwiung luar biasa jika menjadi destinasi wisata air. Selain wisata olahraga, bisa disisipkan wisata budaya, wisata kulinernya dan wisata pusaka karena membelah Kebun Raya Bogor,” beber Bima.
Ia menjelaskan, dengan menjajal langsung trek tersebut, ia berharap bisa mengetahui potensi daya tarik wisata dan kondisi produk wisata yang dimiliki sungai ini. “Jadi kami mengetahui sejauh mana kualitas potensinya. Kita akan garap potensi ini dan akan berkoordinasi dengan Istana, Kebun Raya dan kementerian terkait,” pungkasnya.
Dedie Rachim menambakan, untuk menjadikan Ciliwung sebagai objek wisata harus dibarengi kesadaran warga untuk memulai pola hidup bersih dengan tidak membuang sampah ke sungai. “Tantangannya memang di sektor kebersihannya. Karena pada hakekatnya warga memiliki nilai-nilai tradisi yang luhur yaitu gotong-royong, ramah serta seni budaya dan lain sebagainya. Semua ini sebagai modal dan aset pariwisata,” jelasnya.
(*/feb/run)