METROPOLITAN - Kebakaran hebat melanda warga Bantarkemang, RT 04/05, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, dini hari kemarin (3/4). Akibatnya, ratusan warga terpaksa mengungsi ke sejumlah tempat. Salah satunya ke Pondok Pesantren Darul Ulul, Jalan Durian Raya, Bogor Timur. Ponpes itu jadi tempat tinggal sementara bagi korban kebakaran.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), tercatat ada 19 rumah yang terkena imbas kebakaran. Tujuh di antaranya bahkan sudah ludes terbakar. Bila ditotal, sedikitnya ada 108 jiwa dari 24 Kepala Keluarga (KK) yang diungsikan dari Kampung Bantarkemang.
Lurah Baranangsiang Suburudin mengatakan, dari keterangan yang dihimpun, kebakaran itu bermula sejak pukul 03:00 WIB, api muncul dari atap rumah Ustadz Ade yang diduga akibat arus pendek listrik. Api pun merambat dengan cepat sehingga menyebabkan tujuh rumah rusak berat dan 12 rumah terkena imbas dari kebakaran tersebut. Api baru bisa dijinakkan sekitar pukul 06:00 WIB setelah sembilan unit pemadam kebakaran dari Kota dan Kabupaten Bogor memadamkan api.
"Kejadian di RT 04/05. Total 108 jiwa mengungsi dari 24 KK. Anak-anak ada lebih dari 17 jiwa. Sebagian ada yang ke sanak saudaranya. Tetapi kami ada posko di Ponpes Darul Ulum, yang rencananya sampai dua minggu ke depan lah. Ada yang melihat api pertama muncul dari atap rumah Ustadz Ade, lalu merambat lah ke sekitarnya," katanya kepada wartawan, kemarin.
Sejauh ini, sambung Subur, posko pengungsian akan dibuka hingga para korban mendapatkan bantuan dana kontrakan dan perbaikan rumah dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor. Dari sekian banyak korban, di antaranya masih anak-anak dan balita. Karena itu, pihaknya memang memerlukan asupan makanan untuk bayi, popok, minyak kayu putih dan pakaian anak.
“Bantuan terus mengalir, sebab juga kan ada anak-anak, ada kebutuhan khususnya. Tim verifikasi dari wilayah, baik RT, RW, kelurahan, kecamatan dan BPBD, masih bekerja untuk menghitung kerusakan yang ada. Kaitannya dengan jumlah bantuan yang nanti akan diberikan karena jumlahnya tidak akan sama, tergantung tingkat kerusakannya. Sejauh ini, pasokan makananan dan pakaian masih aman,” jelasnya.
Salah seorang korban kebakaran, Ence Rachmat Basuki (45), masih ingat saat dirinya keluar menyelamatkan diri bersama anaknya yang baru berusia empat bulan. Bukan lagi harta yang diselamatkan, ia hanya berpikir menyelamatkan nyawa sang buah hati di tengah kobaran api. "Saya nggak tahu gimana kalau si kecil ini nggak kebawa keluar. Mau bagaimanapun harta yang paling berharga adalah anak sendiri. Sekarang saya pasrah aja dan selalu berdoa kepada yang Kuasa," ungkapnya.
Saat kebakaran, Ence mengaku bersama istri dan ketiga anaknya sedang tertidur lelap. "Anak saya yang paling kecil ini (Flarinda, red) Pak hampir tidak selamat karena saya bingung dan panik harus selamatkan mana dulu. Motor dan anak saya masih ada di dalam rumah saat api membesar. Telat sedikit saja, saya nggak tahu ini anak masih selamat apa nggak," kenang Ence. Beruntung, Ence beserta keluarganya bisa selamat dari kebakaran tersebut.
Terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Satpol PP Kota Bogor Marse Hendra Saputra mengatakan, api dengan cepat dapat merambat ke rumah lainnya. Sebab, lokasi tersebut merupakan daerah padat penduduk. “Perlu lima unit damkar dari Kota Bogor dan empat dari unit damkar Kabupaten Bogor untuk bisa memadamkan api,” ucapnya.
BPBD Kota Bogor mencatat bahwa kebakaran tersebut merupakan peristiwa yang ke-12 kalinya sepanjang 2018. Bahkan dalam seminggu terakhir, terjadi dua kali kebakaran hebat seantero Kota Hujan. Total kerugian pun mencapai lebih dari Rp2 miliar. "Yang terparah memang masih kebakaran yang di Kelurahan Gudang awal tahun lalu. Yang ini pun terhitung dahsyat. Jika melihat taksiran kerugian lebih dari Rp1,5 miliar," kata Kepala BPBD Kota Bogor Ganjar Gunawan, kemarin.
(ryn/c/feb/run)