Menurutnya, di bawah PDIP, ada Partai Gerindra dengan perolehan suara sebesar 11.4 persen. Lalu Partai Golkar dengan torehan sebesar 8 persen suara. Selanjutnya Partai Demokrat dengan torehan sebesar 6,6 persen suara. Kemudian Partai Kebangkitan Bangsa dengan torehan sebesar 5,8 persen. Disusul Partai Perindo dengan torehan sebesar 4,6 persen suara dan Partai Keadilan Sejahtera dengan torehan 4 persen suara.
Sementara itu, partai yang di bawah 4 persen atau di bawah ambang batas syarat masuk parlemen yaitu PPP dengan torehan sebesar 3,5 persen suara, Partai Nasdem dengan torehan sebesar 2,7 persen suara, PAN dengan torehan sebesar 1,9 persen suara, Partai Garuda dengan torehan sebesar 0,7 persen suara, Partai Hanura dengan torehan 0,5 persen suara.
Selain itu, PBB dengan torehan sebesar 0,3 persen suara, Partai Berkarya dengan torehan sebesar 0,3 persen suara, PSI dengan torehan sebesar 0,2 persen suara serta partai lainnya dengan torehan sebesar 0,1 persen.
Khusus untuk partai baru, Burhanudin meyakini bahwa hanya Perindo yang aman masuk ke parlemen. Sebab 4,6 persen responden memilih partai besutan Hary Tanoesoedibjo itu. "Tetapi partai baru yang lain nasibnya masih ditentukan nanti di 2019," ucapnya.
Meski begitu, Burhanudin mengatakan, elektabilitas partai masih sangat mungkin berubah. Sebab dalam survei Indikator, 21,6 persen responden belum menentukan pilihan.
Survei nasional Indikator dilakukan dengan wawancara tatap muka kepada 1.200 responden pada 25-31 Maret 2018.
Populasi survei yakni warga Indonesia yang punya hak pilih berusia di atas 17 tahun atau sudah menikah. Sementara itu tingkat kepercayaan survei ini 95 persen dengan margin of error plus minus 2,9 persen.
(tib/rez/run)
