Minggu, 21 Desember 2025

KARAKTERISTIK MANUSIA YANG BAHAGIA DAN SENGSARA(1)

- Rabu, 30 Mei 2018 | 09:12 WIB

-
Alhamdulillah kita berada di bulan Ramadan 1439 H. Semua orang beriman merindukan kehadirannya. Mereka menyambutnya dengan suka cita karena di dalamnya terdapat pengampunan dosa dan pembebasan dari api neraka. Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang berpuasa di bulan Ramadan karena iman dan mengharap rida Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim). Karenanya, Ramadan menjadi momentum penting bagi orang beriman untuk berrefleksi, mengevaluasi diri, sekaligus bertobat agar dapat kembali kepada Allah dengan rida-Nya. Dengan perbaikan-perbaikan dan spirit Ramadan, ia akan menapaki jalan orang-orang yang benar, mengenakan sifat-sifat manusia yang bahagia, tidak hanya di dunia, namun sampai ke akhirat kelak.

Dalam Surah Al-Muddatstsir ayat 38-47, Allah berfirman yang artinya: “Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya, kecuali golongan kanan, berada di dalam surga, mereka saling menanyakan, tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa, ‘Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam (neraka) Saqar?’ Mereka menjawab, ‘Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan salat, dan kami (juga) tidak memberi makan orang miskin, bahkan kami biasa berbincang (untuk tujuan yang batil), bersama orang-orang yang membicarakannya, dan kami mendustakan hari pembalasan, sampai datang kepada kami kematian.’”

Dari Surah ini, secara eksplisit kita dapat menelisik karakteristik manusia yang bahagia dan yang sengsara di dunia dan di akhirat. Berdasarkan ayat-ayat di atas, Allah SWT hanya menyampaikan ciri-ciri penghuni neraka (saqar). Yaitu, sewaktu di dunia mereka tidak melaksanakan salat, tidak memberi makan orang miskin, sering berbincang untuk tujuan yang batil, dan mendustakan hari kiamat (Yaum al-din). Apabila dirinci, karakteristik manusia yang sengsara di akhirat ini dan sewaktu di dunia menjadi calon penghuni neraka (saqar) adalah antara lain: (1) rakus dalam mencari harta, (2) tujuan hatinya untuk kesenangan hawa nafsu dan kenikmatan dunia, (3) suka berkata kotor dan membicarakan keburukan orang lain, (4) melalaikan salat lima waktu, (5) bergaul dengan orang yang tidak saleh, (6) berperilaku buruk, (7) membanggakan diri sendiri dan sombong, (8) tidak mau memberi manfaat kepada orang lain, (9) kurang menyukai sesama muslim, (10) kikir bersedekah untuk kegiatan agama, dan (11) sering melupakan kematian.

Dengan demikian meskipun Allah tidak menyebutkan ciri-ciri orang yang bahagia dalam surah dan ayata-ayat di atas, namun secara implisit dapat diketahui bahwa karakteristik golongan kanan atau sewaktu di dunia menjadi calon penghuni Surga yaitu antara lain: (1) lebih mementingkan akhirat dari dunia, (2) tujuan hatinya selalu untuk ibadah dan membaca Al-Qur’an, (3) tidak banyak bicara dalam hal yang tidak penting, (4) memelihara salat lima waktu, (5) menjaga diri dari yang haram, (6) suka bergaul dengan orang yang saleh, (7) rendah hati dan tidak sombong, (8) dermawan dan murah hati, (9) mengasihi mahluk Allah SWT, (10) bermanfaat bagi masyarakat, dan (11) sering mengingat kematian.

Semua ciri di atas menjadi indikator penting bagi setiap manusia apakah nantinya akan mendapat kebahagiaan yang hakiki atau kesengsaraan yang abadi. Sebelum segala sesuatunya terlambat, Allah masih membuka pintu tobat selama hamba-Nya belum sekarat. Bahkan di bulan Ramadan, pintu-pintu Surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup serta setan-setan dibelenggu, menjadi nilai plus sekaligus motivasi bagi orang beriman untuk lebih memacu ibadahnya, mengasah kesalehannya, baik secara individual maupun sosial. Wallahu a’lam.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X