Suasana berbeda terlihat di pemakaman mantan rocker Harry Moekti di Kampung Pasirkuda, Cikretek, Bogor. Tak ada bendera kuning sebagai penanda dukacita. Apalagi tabur bunga dan batu nisan di pemakaman. Ruapanya sebelum meninggal, mendiang Harry sudah lebih dulu memberikan wasiat kematian.
ADIK Harry Moekti, Pupung Apun, mengatakan bahwa kakaknya sudah menitipkan pesan jauh sebelum maut menjemput, Minggu (24/6). Pupung mengatakan, Harry menolak adanya tabur bunga ketika dirinya meninggal.
”Dia tidak mau dipakaikan kain batik. Dan jangan pernah ada bendera kuning. Dan tutupi aku dengan al liwa-ar rayah. Itu adalah bendera hitam-putih bertuliskan kalimat syahadat. Kenapa? Karena dia berdakwah sampai akhir tentang khalifah, tentang daulah islamiyah, tentang syari,” ujar Pupung.
Tak hanya itu, kata mendiang Harry saat masih hidup, ia tak mau pakai bunga. Sebab, bunga itu kan bukan lambang kematian.
“Katakanlah cinta dengan bunga, masa mati dengan bunga. Batu nisan juga nggak mau. Iya, karena memang permintaannya seperti itu,” beber Pupung.
Harry Moekti sudah memberikan pesan itu ke keluarga sejak lama. Pekerjaan Harry yang berdakwah keliling tempat di Indonesia menjadi pengingat atas kematian yang sewaktu-waktu datang menghampirinya.
”Sudah lama. Karena sehari-harinya kalau bepergian dengan istri, berdakwah, jadi selalu mengingat-ingat seperti itu. Ya sudah otomatis seperti itu (disampaikan, red), jangan ini, ini. Dan memang anak istrinya kan ngaji, jadi begitu meninggal sudah tidak asing lagi untuk melaksanakan kebiasaan atau perintahnya. Dan itu perintah dari Allah dan hadist,”ungkap Pupung.
Saat pemakaman Harry Moekti, jenazahnya diiringi orang-orang kampung sekitar kediamannya. Banyak ustadz juga yang datang ke pemakaman eks penyanyi rocker tersebut. Harry Moekti meninggal di usia 61 tahun. Dia mengalami stroke. (nto/feb/run)