Rekapitulasi penghitungan suara pemilihan bupati dan wakil bupati (pilbup) Bogor masih berlangsung di tingkat kecamatan hingga kemarin. Adanya selisih tipis antara raihan suara pasangan calon (paslon) Ade Yasin-Iwan Setiawan dengan Ade Ruhandi-Ingrid Kansil membuat proses penghitungan pun jadi rawan kecurangan.
DUGAAN adanya indikasi penggembosan suara mencuat karena adanya suara paslon Ade Yasin-Iwan Setiawan yang sempat berkurang. Seperti yang terjadi di Kecamatan Tenjo.
Proses penghitungan di Kecamatan Tenjo sejak Kamis (28/6) sempat diwarnai aksi protes. Ini menyusul adanya nota keberatan dari saksi paslon nomor urut dua karena adanya perbedaan antara data formulir C1 yang diterima dari KPPS dengan C1 Plano.
Menurut saksi, Galang, perbedaan ini terjadi di dua desa. Yakni Desa Bojong dan Tenjo. “Ada dua TPS yang salah penulisan dan penjumlahan,” kata Galang, saksi paslon nomor urut dua.
Setelah sempat diwarnai ketegangan, akhirnya Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) membuka kotak suara untuk mencocokan. “Ada di TPS 10 sama 8. Memang ada keteledoran KPPS, makanya C1 saksi dengan C1 Plano akhirnya berbeda,” ungkap Galang.
Ketua PPK Tenjo Andi Sukardi mengakui adanya perbedaan antara jumlah dengan rincian dalam formulir C1 dan C1 Plano. ”Jadi di C1 itu dari jumlah dan rinciannya. Misal yang seharusnya 2+1=3. Nah, ini 1+1=3,” beber Andi.
Untuk itu, pihak PPK mengambil langkah untuk membuka kotak suara guna mencocokkan. ”Setelah dicocokkan dengan disaksikan unsur kepolisian, Panwas dan saksi dari paslon, semua bisa menerima,” terangnya.
Sementara itu, Wakil Direktur Tim Kampanye Pasangan Hadist David Rizar Nugroho mengaku telah mendapat laporan soal ketidaksesuaian data di form C1 saksi dengan C1 Plano. “Dari laporan yang kami terima, suara Hadist di C1 itu tidak sesuai. Dan begitu dicek, betul ada pengurangan,” tutur David.
Untuk itu, sejak awal timnya telah memberi instruksi untuk mengamankan C1 dan kotak suara serta memiliki saksi yang kredibel di tiap kecamatan.
Ia tak menampik adanya indikasi penggembosan dalam penghitungan suara di kecamatan. “Karena kami tidak mau sampai pleno di kecamatan itu masuk angin sehingga suara digergaji. Biasanya kalau orang panik itu suka menghalalkan segala cara,” ujar David.
David menerangkan, setidaknya ada lima dasar yang memperkuat Hadist menang. Pertama, hasil quick count LSI Denny JA yang sudah dipublikasikan. LSI Denny JA adalah pelopor lembaga survei di Indonesia yang bereputasi dan hasil surveinya selalu presisi. Kedua, hasil real count internal Hadist berbasis teknologi informasi yang dasarnya C1. Ketiga, real count Radar Bogor, koran ternama di Bogor. Keempat, real count di website KPUD sejak hari pertama Hadist selalu leading nomor satu.
“Kelima, kita juga dapat informasi desk pilkada menghitung suara walau tidak dipublikasikan dan hasilnya Hadist menang,” paparnya.
Jika ada paslon lain yang mengklaim menang, tambah David, wajar karena ini bagian dari bunga-bunga demokrasi. “Menang itu harus pakai data yang akurat dan merujuk referensi yang lain. Biarlah publik yang menilai, kita tunggu nanti hasil pleno KPUD,” tandasnya. (fin/c/feb/run)