Getaran hebat meluluhlantakkan sejumlah bangunan di Lombok, Minggu (29/7) pagi. Bahkan, ratusan pendaki yang berada di Gunung Rinjani buru-buru turun begitu guncangannya terasa. Namun, masih ada dari mereka yang harus terjebak di reruntuhan batu akibat gempa berkekuatan 6,4 Skala Richter (SR). Gempa dahsyat yang melanda Lombok dan Sumbawa, NTB, ikut dirasakan para pendaki Gunung Rinjani. Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) mencatat jumlah pendaki sebanyak 820 jiwa, di antaranya 617 wisatawan asing dan 203 wisatawan Nusantara. Kepala BTNGR Sudiyono mengatakan, sebagian pendaki ada yang berhasil turun. Namun sebagian lainnya masih terjebak material longsor dan batu. “Sisanya ada 266 orang diduga masih dalam kawasan," kata Sudiyono. Dari para pendaki diketahui ada satu orang yang meninggal. Humas Kantor Pencarian dan Pertolongan Mataram I Gusti Lanang Wiswananda menyatakan korban atas nama Muhammad Ainul Taksim (25) asal Makassar. "Kronologis korban panik saat gempa. Korban dan teman-temannya lari saat gempa. Usai gempa, teman korban menemukan korban sudah meninggal dunia dengan luka di kepala," ujar Lanang. Saat ini pihaknya tengah berkoordinasi dengan TNI, Polri, BPBD dan TNGR untuk proses evakuasi pendaki yang rencananya akan dilaksanakan besok. Akibat gempa Lombok, jalur pendakian Gunung Rinjani ditutup sementara. Penutupan jalur pendakian itu dilakukan sampai ada evaluasi TNGR, jalur mana yang aman digunakan untuk pendakian. Menurut data yang diterima kantor SAR, ada sebanyak 820 pendaki masuk kawasan Gunung Rinjani sejak Jumat (27/7/2018). Salah seorang pendaki yang berhasil keluar dari Gunung Rinjani, Uspi (28), mengatakan bahwa jalur pintu Senaru di Kabupaten Lombok Utara maupun pintu Sembalun di Kabupaten Lombok Timur, sudah tidak bisa dilewati. Sebab, jalur sudah tertutup material longsor dan bongkahan batu. "Sudah nggak bisa lewat, kalau dari danau," ujar Uspi. Ia mengungkapkan, saat terjadi gempa, dirinya bersama para pendaki lainnya sedang menuju puncak Rinjani. Namun jelang puncak, mereka dikejutkan dengan getaran hebat sehingga seluruh pendaki menjadi panik dan langsung memutuskan kembali dengan buru-buru turun. "Getarannya besar sekali di atas. Semua pendaki juga lagi tiarap, nggak ada yang berani berdiri," terang Uspi. Ia mengaku bersyukur bisa tiba dengan selamat beserta pendaki asal Thailand yang jumlahnya enam orang hingga jalur pintu masuk Bawak Nao Desa Sembalun. "Alhamdulillah, kami bisa selamat sampai di bawah, walaupun harus kelaparan karena gimana caranya kami bisa sampai di bawah," ungkapnya. Hal serupa juga diutarakan Rian, pendaki yang selamat dari runtuhan longsor. Menurutnya, saat kejadian masing-masing pendaki sudah tidak memedulikan temannya. “Ya masing-masing langsung lari menyelamatkan diri. Sudah tidak ada yang urus teman. Saya cuma khawatir kalau mereka terlalu lama bisa kelaparan,” sebut Rian. Gempa bumi berkekuatan 6,4 SR mengguncang Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, NTB, Minggu pukul 06:47 Wita, namun tidak berpotensi tsunami. Hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan pusat gempa bumi tersebut pada koordinat 8,4 lintang selatan dan 116,55 bujur timur. Lokasi gempa terjadi di darat pada jarak 47 km arah Timur Kota Mataram, Ibu Kota Provinsi NTB, pada kedalaman 24 km. (de/feb/run)