Senin, 22 Desember 2025

Panik Gempa dan Tsunami, 2 Tewas

- Senin, 6 Agustus 2018 | 10:20 WIB

METROPOLITAN - “Allahu Akbar...” pekikan takbir menggema di tengah gemuruh reruntuhan bangunan yang hancur diguncang gempa 7,0 Skala Richter (SR) di Nusa Tenggara Barat (NTB). Puluhan ribu orang berhamburan keluar rumah menuju bukit atau dataran tinggi. Apalagi saat tahu adanya potensi tsunami dari BMKG. Semuanya panik menyelamatkan diri bahkan ada yang syok hingga akhirnya tewas.

Sedikitnya ada 16 kali gempa susulan yang terjadi di wilayah NTB. Ini juga dirasakan warga di Desa Kekalikjaya, Sekarbela, Kota Mataram, NTB, sekitar pukul 18:46 WIT.

Saat terjadi gempa pertama,genteng rumah seketika hancur. Disusul gempa kedua sekitar pukul 19:53 WIT dengan kekuatan 5,6 SR di kedalaman 10 kilometer. Gempa kedua menyebabkan aliran listrik mati dan sejumlah bangunan dilaporkan retak. Kepanikan warga semakin memuncak setelah gempa ketiga sekitar pukul 21:00 WIT, sekitar 3,6 SR. Tak hanya gempa, adanya isu tsunami membuat warga ketakutan pulang ke rumah dan lebih memilih berkumpul di tempat yang lebih aman.

Mahasiswa Universitas Mataram Muhamad Faisal menceritakan detik-detik menegangkan saat kampungnya diguncang gempa. “Banyak yang memilih menyelamatkan diri ke masjid besar, ke lapangan hingga mencari dataran tinggi,” beber Faisal, mahasiswa yang sudah empat tahun tinggal di Mataram.

Kepanikan warga pun diperparah setelah adanya isu tsunami. Terlebih air laut di bibir Pantai Ampera yang berjarak 15 kilometer dari permukiman mulai naik. “Saat gempa pertama, ada warga yang keluar rumah tidak menggunakan baju. Sedangkan di Jalan Majapahit kendaraan saling tabrak akibat ingin cepat sampai ke titik yang dituju,” ujar Faisal.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut hingga malam ini sudah ada 16 gempa susulan yang terjadi setelah gempa pertama berkekuatan Magnitudo (M) 7,0 mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu (5/8/2018). "Telah terjadi 16 kali gempa susulan namun dengan magnitudo yang jauh lebih kecil," kata Kepala BMKG Pusat Dwikorita Karnawati.

Dwikorita meminta masyarakat tetap waspada meski gempa susulan lebih kecil. Warga juga diminta sementara tidak menempati bangunan atau rumah yang rawan runtuh.

Dwikorita menuturkan, BMKG masih terus memantau kondisi terkini pascagempa di Lombok. BMKG terus berkoordinasi dengan pihak lain seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). "Terus kami pantau dari Pusat Gempa Nasional di Jakarta, termasuk potensi terus terjadinya gempa susulan," ucapnya.

Sebelumnya, BMKG menyatakan gempa di Lombok ini berpotensi tsunami. Pemerintah daerah setempat mengimbau warga menjauhi lokasi dekat bibir pantai dan sungai. BMKG juga mengaktivasi peringatan dini tsunami untuk wilayah Lombok Barat dan Lombok Timur bagian Utara. Beberapa saat lalu, BMKG menyatakan peringatan dini tsunami ini berakhir.

Sesaat setelah gempa bumi sebesar 7,0 SR mengguncang Lombok pada pukul 19:46 Wita, dilaporkan dua warga meninggal dunia. Korban pertama adalah seorang perempuan asal Karangasem, Ni Kadek Yuliani. Korban dikabarkan meninggal akibat tertimpa tembok kosannya.

Sementara korban kedua adalah pengunjung Resto Golden Palace Kuta di Jalan Raya Kuta, bermana Witjaksono yang tercatat sebagai warga Jakarta kelahiran 1954. Witjaksono yang merupakan wisatawan lokal meninggal diduga akibat serangan jantung akibat kepanikan yang terjadi saat gempa mengguncang.

Kepala rombongan atau rekan korban, Bambang, mengaku saat kejadian gempa sedang makan. Saat itu korban dan tamu lainnya berhamburan keluar. Korban Witjaksono terjatuh dan langsung meninggal di tempat. (ads/c/de/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X