METROPOLITAN - Kematian mahasiswi Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) Bandung, Shanda Puti Denata (23), setelah dibegal pada akhir Agustus lalu sempat menjadi viral. Kurang dari seminggu, polisi pun menangkap dua pelaku. Satu begal sadis pun ditembak mati. Kapolda Jawa Barat Irjen Agung Budi Maryoto mengatakan, keduanya punya peran berbeda saat merampas tas ibu satu anak itu. ”Ada berperan sebagai joki, ada juga sebagai eksekutor,” ucapnya. Agung menuturkan, dalam kasus tersebut, Yonas Aditya (26) berperan sebagai joki. Sedangkan Aminatus Solihin alias Ami (23) sebagai eksekutor. Pada Kamis (30/8) lalu, keduanya beraksi menggunakan sepeda motor matik D 5699 KP yang dikemudikan Adit. Sejak dini hari, mereka beroperasi mengelilingi Kota Kembang. Kala tiba subuh sekitar pukul 04:00 WIB, mereka menemukan ’mangsa’. Saat itu mereka melihat Shanda dan rekannya, inisial EA (23), mengendarai motor di kawasan Cikapayang, Bandung. Saat itulah kawanan begal tersebut menyasar kedua korban. Adit memepetkan kendaraan yang dikemudikannya ke arah motor Shanda dan EA. Setelah dekat, giliran Ami menjalankan tugasnya. Ia mengambil paksa tas yang dibawa Shanda yang posisinya dibonceng. ”Kendaraan beserta korban terjatuh, kepala korban mengenai jalan dan kedua pelaku kabur membawa tas rampasan,” tutur Agung. Polisi langsung bergerak menyelidiki pelaku. Namun saat polisi memburu pelaku, Shanda meninggal dunia di RS Borromeus Bandung. Tetapi polisi akhirnya menangkap Ami pada Selasa (4/8). Sang eksekutor itu ditangkap tim gabungan Polrestabes Bandung dan Polda Jabar di kawasan Jalan Pahlawan, Bandung. Penyelidikan polisi berlanjut. Setelah mengetahui titik persembunyian Adit di Rancamanyar, Kabupaten Bandung, dini hari tadi, Ami justru berupaya kabur dan melawan petugas. Polisi langsung menembakkan timah panas ke arah dada Ami hingga tewas. Tersangka Yonas Aditya alias Adit terus menunduk saat ditampilkan polisi di RS Sartika Asih Bandung. Berbaju tahanan berwarna biru, Adit tak banyak bicara saat wartawan menyerbunya dengan aneka pertanyaan. Ia hanya mengaku menyesal atas perbuatannya. ”Saya menyesal,” ucap Adit. Usai mengucapkan kalimat tersebut, Adit langsung dibawa petugas ke rumah sakit. Saat berjalan, wartawan masih mencoba menyerbu dengan beberapa pertanyaan. Adit hanya menyebut aksi yang dia lakukan baru satu kali. Ia berperan sebagai joki. ”Baru sekali ini saja. Saya yang bawa motor,” kata Adit. Sementara itu, ayah Shanda, Yudhi Kusmayadi, meminta polisi agar begal itu dihukum berat. ”Harapannya untuk pelaku begal khususnya dihukum seberat-beratnya dan setimpal, karena itu nyawa. Tidak terulang lagi hal yang sama,” ujarnya. Yudhi mengapresiasi atas kerja keras kepolisian Polrestabes Bandung dan Polda Jabar yang tanpa lelah memburu pelaku begal sadis yang menewaskan anak pertamanya. Ia mengaku pihak keluarga penasaran ingin melihat wajah para pelaku begal yang menghilangkan nyawa anaknya. ”Katanya ada yang ditembak mati, saya sangat setuju. Sesuai statement dari Pak Ridwan Kamil. Memang itu perlu dilakukan untuk membuat jera pelaku begal,” tutur Yudhi. Yudhi berpesan kepada petugas berwenang untuk meningkatkan pengamanan dan ,patroli terutama di jalan yang dianggap rawan, khususnya di Bandung dan umumnya di Jawa Barat. ”Kan sudah tahu jalan-jalan yang rawan untuk diperketat pejagaannya, penerangannya agar celah-celah para penjahat untuk melakukan kejahatan bisa diminimalisasi. Karena begal ini sekarang sedang tren,” pungkasnya. (dtk/els/run)