Senin, 22 Desember 2025

Marak Tawuran, Pelajar Bogor Autodidak Rakit Senjata

- Senin, 17 September 2018 | 09:06 WIB

METROPOLITAN - Kasus tawuran di wilayah Polres Bo­gor makin meresahkan. Dalam sepekan, dua pelajar tewas ditebas senjata tajam. Yakni SV (16) pelajar SMK yang tewas di Cileungsi dan KY (14) pelajar SMP yang tewas di Cibi­nong. Rupanya para pelajar yang terlibat di dua lokasi berbeda itu kerap merakit senjata sendiri untuk tawuran. Kapolres Bogor AKBP AM Dicky mengatakan, mereka sengaja autodidak merakit senjata untuk melancarkan aksinya. ”Itu senjata tajam pelajar, jadi me­mang ada yang membuat sendiri. Sebenarnya celurit itu mereka bisa buat sendiri. Mereka bawa perkakas dari rumahnya,” kata Dicky.­ Menurutnya, hal itu cukup memprihatinkan karena sajam yang pernah ia amankan dalam razia pelajar jumlahnya cukup banyak, disertai ukurannya yang cukup besar. ”Jadi memang su­dah ada niatan sejak awal untuk tawuran itu menggunakan sajam. Jadi berpikirnya bagaimana me­lumpuhkan lawan,” ujar Dicky. Ia mengaku dalam waktu dekat akan mengundang pihak sekolah yang muridnya terlibat tawuran untuk dipertemukan dengan Dinas Pendidikan guna me­nangani permasalahan tersebut. Dicky juga berharap kerja sama masyarakat untuk segera mela­por kepada pihak berwajib apa­bila melihat pelajar bergerombol dan membawa sajam. ”Kalau anak-anak ini sekolah bawa sa­jam, ini niatnya sudah tidak se­kolah lagi, niatnya sudah urakan. Kita biasa antisipasi di jam-jam kepulangan sekolah, kita lihat. Tapi begitu satu per satu juga tak mungkin bisa kita awasi, ini ha­rus kerja bersama, perlu penanga­nan bersama,” pinta Dicky. Menurutnya, penyebab terjadi­nya tawuran itu hanya masalah sepele. ”Sebenarnya masalah sepela saja, masalah gengsi-gengsi sekolah saja. Kalau anak-anak ini sekolah bawa senjata tajam, ini niatnya sudah tidak sekolah lagi, niatnya sudah ura­kan,” tutur Dicky. Di rumah duka salah seorang pelajar yang tewas, tepatnya di Kampung Lingkungan Palama­nis, Kelurahan Cirimekar, Keca­matan Cibinong, Kabupaten Bogor, suasananya masih dirun­dung duka. Pihak keluarga pun tak kuasa menahan tangis. Ter­masuk ibunya, Fajaria, yang sudah lama menjanda. Ia terpaksa merelakan putra semata wayangnya. Sedangkan suaminya sudah lebih dulu kem­bali ke pangkuan ilahi sejak KY masih balita. ”Bapaknya audah nggak ada. Saat umur dua tahun (KY, red) bapaknya meninggal,” kata Fajaria. Menurut penuturan kakeknya yang selama ini merawat, Ma­ryono (68), almarhum sempat mengajukan permintaan sebelum tutup usia. ”Terakhir dia ingin dibelikan motor baru ya, tapi mengingat nyari uang lagi sulit gitu ya, diam-diam saja. Biar nanti juga sur­prise (kejutan) saat kita beliin,” kata Maryono. Sekadar diketahui, almarhum KY sudah dimakam­kan pada Sabtu (15/9/2018) di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cirimekar. (feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X