METROPOLITAN - Kasus tawuran di wilayah Polres Bogor makin meresahkan. Dalam sepekan, dua pelajar tewas ditebas senjata tajam. Yakni SV (16) pelajar SMK yang tewas di Cileungsi dan KY (14) pelajar SMP yang tewas di Cibinong. Rupanya para pelajar yang terlibat di dua lokasi berbeda itu kerap merakit senjata sendiri untuk tawuran. Kapolres Bogor AKBP AM Dicky mengatakan, mereka sengaja autodidak merakit senjata untuk melancarkan aksinya. ”Itu senjata tajam pelajar, jadi memang ada yang membuat sendiri. Sebenarnya celurit itu mereka bisa buat sendiri. Mereka bawa perkakas dari rumahnya,” kata Dicky. Menurutnya, hal itu cukup memprihatinkan karena sajam yang pernah ia amankan dalam razia pelajar jumlahnya cukup banyak, disertai ukurannya yang cukup besar. ”Jadi memang sudah ada niatan sejak awal untuk tawuran itu menggunakan sajam. Jadi berpikirnya bagaimana melumpuhkan lawan,” ujar Dicky. Ia mengaku dalam waktu dekat akan mengundang pihak sekolah yang muridnya terlibat tawuran untuk dipertemukan dengan Dinas Pendidikan guna menangani permasalahan tersebut. Dicky juga berharap kerja sama masyarakat untuk segera melapor kepada pihak berwajib apabila melihat pelajar bergerombol dan membawa sajam. ”Kalau anak-anak ini sekolah bawa sajam, ini niatnya sudah tidak sekolah lagi, niatnya sudah urakan. Kita biasa antisipasi di jam-jam kepulangan sekolah, kita lihat. Tapi begitu satu per satu juga tak mungkin bisa kita awasi, ini harus kerja bersama, perlu penanganan bersama,” pinta Dicky. Menurutnya, penyebab terjadinya tawuran itu hanya masalah sepele. ”Sebenarnya masalah sepela saja, masalah gengsi-gengsi sekolah saja. Kalau anak-anak ini sekolah bawa senjata tajam, ini niatnya sudah tidak sekolah lagi, niatnya sudah urakan,” tutur Dicky. Di rumah duka salah seorang pelajar yang tewas, tepatnya di Kampung Lingkungan Palamanis, Kelurahan Cirimekar, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, suasananya masih dirundung duka. Pihak keluarga pun tak kuasa menahan tangis. Termasuk ibunya, Fajaria, yang sudah lama menjanda. Ia terpaksa merelakan putra semata wayangnya. Sedangkan suaminya sudah lebih dulu kembali ke pangkuan ilahi sejak KY masih balita. ”Bapaknya audah nggak ada. Saat umur dua tahun (KY, red) bapaknya meninggal,” kata Fajaria. Menurut penuturan kakeknya yang selama ini merawat, Maryono (68), almarhum sempat mengajukan permintaan sebelum tutup usia. ”Terakhir dia ingin dibelikan motor baru ya, tapi mengingat nyari uang lagi sulit gitu ya, diam-diam saja. Biar nanti juga surprise (kejutan) saat kita beliin,” kata Maryono. Sekadar diketahui, almarhum KY sudah dimakamkan pada Sabtu (15/9/2018) di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cirimekar. (feb/run)