METROPOLITAN - Dalam dua tahun ke depan, PT Kereta Api Indonesia (KAI) berencana menata kawasan Stasiun Bogor dengan membangun dua gedung parkir dan skywalk yang menghubungkan Stasiun Bogor dengan Stasiun Paledang. Mengingat dari 1.170.000 penumpang Commuterline setiap harinya, warga Bogor ‘menyumbang’ 10 persen dari total tersebut yakni 110 ribu penumpang. Namun, rencana tersebut tidak semudah membalikkan tangan. Sebab, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor sudah punya desain sendiri terkait kawasan sekitaran Taman Topi, Masjid Agung hingga Pasar Kebonkembang. Hal itu terungkap dalam audiensi serta peninjauan lokasi aset-aset PT KAI yang berada di sekitar stasiun, yang belum dimanfaatkan secara baik, Jumat (21/9) siang. Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan, ada tiga titik utama yang disampaikan PT KAI terkait rencana penataan lingkungan dan aset perusahaan negara tersebut. Di antaranya pembenahan aset yang sudah mulai berjalan dan pembangunan dua gedung parkir yang bakal menampung 846 sepeda motor dan 2.000 kendaraan roda empat. “Satu di sini (depan pintu lama stasiun, red), satu lagi di dekat Stasiun Paledang,” kata Bima saat ditemui Metropolitan di Stasiun Bogor, kemarin. Kedua, sambungnya, PT KAI bakal membangun akses untuk pejalan kaki yang hilir mudik di dua stasiun tersebut dalam bentuk jembatan atau skywalk di atas rel penghubung. Ketiga, pintu stasiun lama yang berada di Jalan Nyi Raja Permas akan dihidupkan kembali. “Jadi tidak ada lagi yang di Mayor Oking, pergerakan semua di sini. Jadi yang prioritas dari rencana pertama, untuk bisa sampai pada rencana membuka kembali pintu lama,” ujarnya. Namun, tutur Bima, sebelum itu terwujud, pihaknya akan menyesuaikan desain yang ada dengan rencana pemkot menata wilayah Pasar Kebonkembang hingga Taman Topi yang segera diambil alih karena habis masa sewanya, Oktober ini. Pemkot Bogor berencana membangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) di taman yang punya nama lain Taman Ade Irma Suryani tersebut. “Semua harus disinkronkan dulu. Harus sesuai aturan, Amdal Lalin-nya dimatangkan betul. Setelah ada kesepakatan desain bersama, baru bisa. Kami kan punya rencana membangun RTH yang menyatu dengan Masjid Agung, pasar, termasuk stasiun,” ucapnya. Direktur Manajemen Aset PT KAI Dody Budiawan menuturkan, saat ini pihaknya tengah fokus pada penentuan batas-batas aset yang merupakan milik PT KAI untuk dimanfaatkan secara optimal. Karena itu perlu ada persetujuan dari wilayah terkait rencana besar penataan kawasan stasiun. “Belum pembangunan, kita sedang mempersiapkan batas-batas tanah kami. Lalu kami detailkan, koordinasi dengan pemkot, semua harus jadi satu, mengikuti perkembangan (pemkot). Nanti disesuaikan dengan desain keseluruhannya. Beberapa sudah dibongkar, didesain ulang,” paparnya. Setelah ada kesepakatan, lanjut Dody, baru akan memulai proses perizinan, Amdal Lalin, hingga izin lainnya. Pihaknya menargetkan akhir 2019 rencana keseluruhan bisa dirampungkan. “Anggaran untuk aset kami ya dari PT KAI. Nilai investasinya? Belum dihitung, kita matangkan ini dulu. Ketika sounding dengan pak wali, lalu beliau oke, baru kita kerja sama. Baru bisa didetailkan,” pungkasnya. (ryn/b/feb/run)