Senin, 22 Desember 2025

Air Beracun Dari Cileungsi Diminum Warga Bekasi

- Sabtu, 29 September 2018 | 10:32 WIB

METROPOLITAN -  Selama sepekan, Polres Bogor mendalami dugaan pencemaran Sungai Cileungsi yang masih mengeluarkan bau dan hitam pekat. Bahkan pencemaran bukan hanya terjadi di Sungai Cileungsi, Kali Bekasi yang kini berbusa ditenggarai akibat tercemarnya Sungai Cileungsi. Kasat Reskrim Polres Bogor AKP Benny Cahyadi menuturkan, saat ini pihaknya sudah melaku­kan penyelidikan terkait dugaan pencemaran. Hal tersebut ber­dasarkan Laporan Informasi (LI) sebagai dasar dilakukan investi­gasi terhadap pencemaran Sung­ai Cileungsi. “Timnya sudah di­bentuk dan kami sudah bekerja,” ujar Benny, Jumat (28/9). Polres melakukan investigasi melalui Unit Kriminal Khusus Polres Bogor atas inisiatif dan berdasarkan laporan dari ma­syarakat terkait adanya dugaan pencemaran tersebut. Meski telah membentuk tim, Benny belum bisa memastikan kapan proses investigasi akan selesai, mengingat proses yang akan dilakukan mulai dari lakukan sampel air, lakukan pemeriksa­an hingga pembuktian meng­gunakan ahli. Menurut Benny, jika terbukti adanya pencemaran yang dila­kukan sejumlah perusahaan yang membuang limbah, pihaknya akan mengenakan pasal dalam UU Lingkungan Hidup dan me­nerapkan hukuman mulai dari sanksi pencabutan perizinan, denda hingga pidana. “Nanti terkait apa berbuat apa dan per­tanggungjawabannya apa, yang pasti saat ini polisi kami tengah bekerja,” kata Benny. Berdasarkan informasi dari Ketua Komunitas Peduli Sung­ai Cileungsi-Cikeas (KP2C), Puarman, mengatakan bahwa saat ini kondisi Sungai Ci­leungsi, tepatnya dekat Bendung Bekasi, dalam kondisi dipenuhi busa. “Pagi ini Kali Bekasi ber­buih, penyebabnya adalah buih di Curug Parigi (perba­tasan Kabupaten Bogor dan Bekasi) hanyut ke hilir setelah hujan tadi malam,” beber Pu­arman. Ia pun berharap penanganan pencemaran Sungai Cileungsi terselesaikan dengan segera. Meng­ingat Oktober diprediksi sudah memasuki musim hujan. Artinya bila musim hujan tiba maka per­soalan pencemaran akan beralih ke persoalan lain yakni banjir. “Debit air tinggi, persoalan terlu­pakan beralih ke banjir. Siklusnya seperti itu, musim kemarau debit air menyusut, timbul bau dan ketika musim penghujan banjir,” tambahnya. Bahkan selama ini masyarakat di sekitar Sungai Cileungsi, Ka­bupaten Bogor, memang tidak menggunakan air dari sungai secara langsung. Namun kabar­nya aliran sungai tersebut biasa dijadikan air baku untuk pen­golahan air milik Perusahaan Daerah Air Minum Kota Bekasi. Sementara itu, Pemerintah Kota Bekasi meminta Pemerintah Kabupaten Bogor ikut melakukan pengendalian pada sungai di wilayah administrasi Kabupaten Bogor yang mengaliri air ke Kali Bekasi. Sebab, pencemaran yang terjadi di Kali Bekasi disebut be­rasal dari hulunya. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bekasi Jumhana Luthfi mengatakan, hulu Kali Bekasi berada di Sungai Cikeas serta Cileungsi, dan kedua sung­ai itu masuk wilayah adminis­trasi Kabupaten Bogor. ”Peninda­kan sudah maksimal ya, ya datang dari Bogor. Hitam itu sudah mulai dari Kali Cileungsi dari hulu,” kata Jumhana di kantor DLH Kota Bekasi. Di tempat yang sama, Kepala Bidang Penataan dan Pengen­dalian Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup DLH Kota Bekasi Sugiono mengatakan, apabila dari hulu yang terletak di wilayah Kabupaten Bogor sudah tercemar, maka dam­paknya akan sampai ke hilir di Kali Bekasi. ”Karena permasa­lahan Kali Bekasi adalah satu kesatuan. Apalagi kita berada di daerah hilir, tentu dampaknya sangat terasa kalau dari hulunya sudah tercemar limbah,” ujar Sugiono. Terpisah, PDAM Tirta Patriot Bekasi memberhentikan semen­tara suplai air ke pelanggan ka­rena Kali Bekasi tercemar limbah. ”Iya betul (penghentian produk­si, red). (Karena, red) sumber air bakunya tidak bisa diolah. Sum­ber air baku dari Kali Bekasi kan volume limbahnya terlalu besar,” kata Kasubag Humas PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi, Uci In­drawijaya. Uci mengatakan, penghentian suplai air dimulai pukul 07:00 WIB hingga batas waktu yang ditentukan. Kondisi air memang tak bisa diolah karena berbusa dan mengeluarkan bau tak sedap. ”Produksi kita stop karena kadar limbahnya sudah termasuk go­longan luar biasa, bukan ter­masuk limbah yang bisa kita olah. sebetulnya limbah ini sudah datang dari tiga hari (atau) empat hari yang lalu,” tutup Uci. (mam/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X