METROPOLITAN - Korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala bertambah. Data terbaru berdasarkan rilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tercacat ada 1.374 jiwa yang meninggal. “Ada 113 jiwa hilang,” kata Kepala BNNP Willem R dalam jumpa pers di Posko Satgas Penanggulangan Gempa Bumi di Palu, Selasa petang. Menurut Willem, masih ada jenazah yang tertimbun di bawah tumpukan bangunan dan longsor yang belum diketahui berapa jumlahnya. Ia mengaku saat ini yang menjadi prioritas adalah upaya pencarian dan penyelamatan untuk mengevakuasi korban, dengan mengerahkan semua Sumber Daya Manusia (SDM) mulai dari Basarnas, TNI, Polri, kementerian hingga relawan. Untuk penanganan jenazah, jelasnya, sebanyak 483 jiwa yang sudah dimakamkan. Sementara yang dimakamkan per hari ini sebanyak 257 jiwa, di Kelurahan Pantoloan 35 jiwa dan dimakamkan keluarga sebanyak 191 jiwa. Sejumlah warga pesisir pantai di Kelurahan Panau, Kecamatan Tawaili, Kota Palu, mengaku masih mencari sejumlah anggota keluarga yang hilang terseret air laut saat gempa dan tsunami bermagnitudo 7,4 pada Skala Ritcher, Jumat (28/9). ”Sampai sekarang masih ada satu orang anak saya yang belum ditemukan,” kata Nurjannah. Nurjannah mengaku saat itu bersama keluarga sedang berada di rumah dan tiba-tiba gempa terjadi. Kala itu di halaman rumah tanah sudah mulai retak dan mengeluarkan lumpur dan gas. Mereka pun berupaya menyelamatkan diri, namun beberapa anggota keluarga yang masih tertinggal tiba-tiba tersampu ombak yang begitu besar. ”Suami dan dua anak laki-laki saya meninggal dunia, namun satu orang belum ditemukan hingga sekarang,” tutur Nurjannah. Ia berharap adanya bantuan pemerintah, sebab saat ini sudah tidak memiliki apa-apa lagi, dari rumah hingga suami sebagai tulang punggung untuk mencari nafkah. (mer/feb/run)