Minggu, 21 Desember 2025

Segera Uji Coba, Tarif MRT Rp13 Ribu

- Jumat, 5 Oktober 2018 | 10:17 WIB

METROPOLITAN - Setelah pema­sangan rel untuk LRT Jabodetabek, pengoperasian MRT juga dipersiap­kan. PT MRT Jakarta berencana mela­kukan uji coba tahap satu di akhir 2018. Uji coba ini akan dilakukan menyusul kesiapan sarana dan pra­sarana MRT yang sudah nyaris sele­sai. PT MRT Jakarta telah mengajukan tarif sebesar Rp13 ribu untuk jarak terjauh saat ini, yaitu Stasiun Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia. Direktur Operasi dan Pemeliha­raan PT MRT Jakarta Agung Wicaksono men­gatakan, pihaknya su­dah mengkaji tarif MRT dengan panjang lintasan tahap pertama 16 kilometer (km). Hasil kajian tersebut telah diajukan kePe merintah Provinsi DKI Jakarta sebagai regulator. ”Tarif sudah lakukan kajiannya dan sudah studi. Serta sudah sampaikan usulannya ke pemerintah,” kata Agung di Jakarta, Kamis (4/10/2018). ­ Agung menyebutkan besaran nominal harga tiket MRT untuk 10 km pertama Rp8.500, kemu­dian ditambah Rp700 setelah penumpang melewati 10 km pertama. Ia pun memperkirakan total tarif MRT dengan rute tahap pertama Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia atau sebaliknya mencapai Rp13 ribu. Besaran harga tersebut sudah termasuk disubsidi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. ”Dihitung saja, Rp8.500 10 km kalau sampai ujung 16 km rata-rata Rp13 ribu. Dari ujung ke ujung ya, ini tergantung, dari Lebak Bulus turun di mana,” tuturnya. Rencananya, MRT diuji coba pada akhir 2018 kemudian be­roperasi Maret 2019. Saat ini pengerjaannya sudah mencapai 96,53 persen. Moda transpor­tasi massal tersebut bisa mengang­kut 130 ribu sampai 170 ribu penumpang per hari. ”Pada hari ini kami berada di konstruk­si. 96,53 persen ya bisa dibilang kurang dari 4 persen lagi,” ujarnya. Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terus giat mempersiapkan Mass Rapid Transit (MRT) sebagai sarana transportasi publik baru di Ja­karta yang terhubung dari Kam­pung Bandan menuju Lebak Bulus. Tidak hanya MRT, ke depannya Kemenhub membuka wacana baru untuk mengintegrasikannya dengan kendaraan atau angku­tan pengumpang (feeder) se­perti bus hingga Light Rail Transit (LRT). Menteri Perhubungan Budi Ka­rya Sumadi berharap keberadaan transportasi umum seperti MRT nantinya bisa mengurai kemace­tan hingga meredakan tingkat polusi di ibu kota yang kian parah. Namun begitu, ia menekankan kesiapan yang pemerintah secara Anggaran dan Pendapatan Be­lanja Negara (APBN) terbatas. Karenanya, ia ingin mengajak pengembang swasta ikut meny­umbangkan bantuan dalam pembangunan MRT. ”Jangan hanya mengandalkan pemerintah. Karena selain uang­nya terbatas, kita punya kebijakan membangun di daerah-daerah pinggiran. Kami minta mereka (swasta, red) membuat proposal, dilaksanakan swasta melakukan itu. Kalaupun ada pemerintah, pemerintah jangan banyak (pe­ran, red) di sana,” urainya di Jakarta, Minggu (23/9/2018). Dia pun menyatakan adanya sebuah ide baru, yakni pembangu­nan MRT beserta stasiunnya nanti akan terintegrasi dengan angkutan feeder. ”Feeder-nya macam-macam. Dari yang paling canggih namanya LRT, terus kita bisa buat people mover, bisa juga bikin kereta kapsul. Tapi yang paling sederhana kita bisa buat bus,” katanya. Budi juga mengimbau pihak pengembang swasta yang mau ikut serta dalam proyek ini agar mengutamakan kepentingan masyarakat selaku pengguna MRT, dibanding keuntungan perseroan semata. Dengan ada­nya kerja sama dengan peng­embang swasta, ia optimis nilai investasi yang tergolong besar bisa tertutupi. ”Karenanya kita akan mem­buat masterplan yang sudah dibuat BPTJ (Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek, red) dengan detail yang lebih konkret. Dan saat membahas detail, para pengembang kita ajak bi­cara,” sambungnya. Terkait besaran investasi ter­sebut, dia menyebutkan, sebagai angkutan pengumpan memakan biaya terendah, yakni sekitar Rp160 miliar. Sementara LRT menjadi yang paling mahal. ”Bus guided itu yang paling mu­rah, per km sekitar Rp160 miliar. Kalau 5 km kali lima ya Rp800 miliar. Kalau yang di atasnya, Rp200- 250 miliar, itu kereta kapsul. Kalau people mover Rp300 miliar, LRT kira-kira Rp500 miliar per km,” bebernya. (bis/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X