METROPOLITAN - Tak ada yang menyangka, saat pamit hendak bekerja ke Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Senin (29/10) dini hari, menjadi pamitan terakhir Darwin Harianto (51) kepada keluarga kecilnya. Pria yang sudah tinggal lebih dari sepuluh tahun bersama keluarga di Villa Mutiara Bogor D1/26, Kelurahan Mekarwangi, Kecamatan Tanahsareal, itu dikenal sering bepergian ke luar kota. Pekerjaannya sebagai konsultan lingkungan membuatnya sering terbang ke berbagai daerah, dari Pulau Jawa hingga Sorong, Papua. Namun tak disangka, penerbangannya ke Tanjungpinang menjadi perjalanan terakhir bapak dua anak itu. Lelaki kelahiran Pendopo itu masuk daftar manifes pesawat Lion Air JT 610 rute Bandara Soekarno Hatta-Pangkalpinang, yang hilang di Perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. “Awalnya saat tahu kabar itu dari adik ipar, kami tidak langsung percaya. Tapi kami dan keluarga langsung lemas saat petugas merilis Surat Izin Mengemudi (SIM) yang berceceran dan ditemukan di TKP, atas nama Pak Darwin. Tangis keluarga pun pecah,” ujar tetangga dekat korban, Abdulrahman, saat ditemui Metropolitan, kemarin. Darwin memang dikenal sering bepergian dalam bekerja, bisa beberapa kali dalam sebulan. Bahkan, tutur Abdul, korban baru saja pulang dari Sorong, Papua, saat melakukan pemetaan hutan. Selain itu, ketertarikan dan keahliannya dalam membangun lingkungan pun dia tularkan kepada warga di sekitarnya. Tak hanya berperan sebagai ketua RT, suami dari Lianawati itu juga seorang penggagas Kelompok Usaha Pemberdayaan Sampah (KUPS) di perumahan tersebut. “Terakhir kontak itu Minggu (28/10) malam. Saya ingin membicarakan bebersih sampah dan got karena sudah mulai hujan. Namun urung ketemu karena hujan tidak berhenti-berhenti sampai jam 12 malam,” ucapnya. Sementara tetangga lainnya, Tuti, mengetahui korban berangkat dari rumah sekitar pukul 02:00 WIB, menggunakan jasa tetangganya sebagai sopir. Sebab, jam-jam itu sulit kendaraan yang keluar masuk kompleks. “Tahu-tahu beres saya ngaji ada kabar nama Pak Darwin ada di daftar nama manifes pesawat. Awalnya nggak percaya, eh pas di TV ada SIM-nya, baru percaya Pak Darwin jadi korban,” ujarnya. Terpisah, rekan kerja korban, Priyatmoko, mengaku rencananya Darwin dan kedua rekan kerja lainnya terbang ke Sumatera pada Kamis (25/10). Namun karena beberapa hal, mesti tertunda dan baru diberangkatkan Senin (29/10) pagi. Nahas, pesawat tersebut hilang kontak dan mengalami kecelakaan di perairan Karawang. “Tujuannya mau sampling, mengambil data-data untuk kualitas lingkungan di pabrik dan kebun sawit, kebutuhan pekerjaan ya. Sudah direncanakan, tadinya Kamis, ditunda jadi hari ini (kemarin, red),” tutupnya. (ryn/c/mam/run)