METROPOLITAN – Pada 2000, maskapai Lion Air mulai beroperasi. Sarana transportasi udara ini ternyata memiliki sejarah kelam. Ya, 23 kasus kecelakaan menyelimuti maskapai tersebut. Bahkan puluhan korban luka hingga meninggal dunia pernah menjadi saksi buruknya maskapai Lion Air. Sejak 2002 hingga 2018, 23 kecelakaan terjadi yang memakan korban jiwa 26 orang meninggal dan tujuh lainnya luka parah. Terakhir ini, pesawat Jumbo Jet itu kembali tumbang di Perairan Tanjung Karawang. Sebanyak 189 orang belum diketahui nasibnya. Termasuk awak pesawatnya, hilang entah ke mana. Informasi terhimpun, pesawat ini berkapasitas empat mesin dengan jenis Boeing 737 MAX 8. Pilot Lion Air Capt Bhavye Suneja pun belum diketahui kabarnya. Kapal sepanjang 39,5 meter ini sebelumnya memiliki rute Jakarta-Pangkalpinang. Sementara itu, Kepala Basarnas M Syaugi mengatakan bahwa pesawat Lion Air JT 610 jatuh di Tanjung Karawang pada kedalaman 30-35 meter dari permukaan laut. Tim Basarnas pun masih melakukan pencarian terhadap badan pesawat dan korban di sekitar lokasi. ”Kedalaman laut 30 hingga 35 meter, sekarang tim masih menyelam untuk menemukan pesawat dan korban,” kata Syaugi saat konferensi pers di kantor Basarnas, Senin (29/10). Sementara untuk menindaklanjuti peristiwa tersebut, helikopter EC-725 Caracal HT-7202 dan pesawat Basarnas HR-1519 Bolcow 105 diberangkatkan Komandan Wing 4 Lanud Atang Sendjaja Kolonel Pnb Bambang Juniar dari markas Lanud AU. Helikopter ini untuk melakukan pencarian pesawat Lion Air JT 610 yang hilang kontak pada pukul 06:33 WIB. Kolonel Pnb Bambang Juniar mengatakan, Lanud Atang Sendjaja mendapat permintaan dari Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) untuk melakukan pencarian. “Pencarian awal dilaksanakan di sekitar Perairan Utara Karawang. Nanti setelah itu kami akan mengirimkan helikopter Super Puma dan Caracal lainnya dari Skadron Udara 6 dan 8 Lanud Atang Sendjaja apabila diperlukan untuk pelaksanaan evakuasi dan medis,” ujar Bambang. (yos/b/mam/run)