METROPOLITAN - Detektor sinyal yang dipegang Sertu Hendra Saputra mendadak berbunyi di dekat sebuah benda berwarna oranye yang terpendam lumpur di dasar laut Karawang, Kamis (1/11/2018) pagi. Ya, Hendra berhasil menemukan kotak hitam pesawat Lion Air hingga membuat namanya harum. Seperti apa sosok Hendra di mata keluarganya?
KEBERHASILAN Hendra menemukan kotak hitam jadi kebanggaan tersendiri bagi keluarganya. Adalah Kadirman, ayah Hendra yang selama ini kerap dimintai restunya tiap menjalankan misi kemanusiaan. Sebelum turun menyusuri bawah laut, rupanya Hendra lebih dulu meminta doa pada orang tuanya agar berhasil menuntaskan tugas bersama rekan-rekan dari tim pencarian. ”Dia bilang minta doa, Rabu malam, lewat WA saja. Alhamdulillah Hendra bertugas dengan baik,” ujar lelaki yang akrab disapa Kadir. Lewat pesan singkat atau telepon, Hendra biasanya menghubungi sang ayah yang kini usianya sudah menginjak 65 tahun. Kadir bangga dengan keberhasilan Hendra. Sebab, Hendra bersama tim sudah menemukan kotak hitam pesawat nahas yang jatuh awal pekan lalu. Ia pun tidak sanggup menahan rasa bangga kala melihat putranya dari layar televisi. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai montir ini melihat putranya memberi keterangan seputar penemuan kotak hitam tersebut di satu stasiun tv swasta. Pria berkumis ini mengaku sedang memperbaiki mobil saat putranya diwawancarai. ”Jadi saya lihat lah berulang-ulang di tv,” ulasnya. Kadir mengaku menyapa putranya dengan sebutan Een. Menurutnya, Een adalah sosok yang ramah dan tangguh. Anak keempat dari lima bersaudara ini gabung dengan Marinir pada 2005. Ia tidak menyangka putranya bakal jadi bagian korps baret ungu. Een ternyata mendaftar masuk TNI AL secara diam-diam. Alumnus SMAN 2 Dumai itu sempat menganggur satu tahun pascalulus sekolah. Lamaran kerja darinya kerap ditolak. Ia pun memilih ujian masuk TNI AL. Namun Een tidak memberi tahu bakal mendaftar ujian masuk TNI AL. Ia baru berterus terang kepada orang tuanya tepat saat hendak seleksi masuk TNI AL di Medan. ”Jadi dia tak bilang-bilang waktu daftar. Abang dio yang disuruh antar dokumen ke Medan,” kenangnya. Kadir mengaku bahwa pria kelahiran 10 Juni 1985 itu memang sudah hobi berenang sejak kecil. Ia kerap berenang di sungai lantaran air di rumahnya tidak bersih. Sejak kecil, Een juga sering bergaya seperti tentara. Ia sering disebut tentara kecil oleh keluarganya. Panggilan itu ternyata menjadi doa terbaik dari keluarga. Saat sekolah, Een juga pernah bergabung dengan paskibra. ”Jadi memang dio hobi sejak kecil,” tuturnya. Ayah satu anak itu ternyata punya segudang prestasi. Ia ternyata pernah jadi bagian pasukan pengamanan PBB di Libanon. Bahkan ia pernah ambil bagian dalam latihan tempur dengan tentara dari Amerika Serikat. Een juga sering bertugas dalam upaya penyelamatan. Di antaranya evakuasi korban kecelakaan pesawat Sukhoi di Gunung Salak dan tenggelamnya kapal di Danau Toba beberapa waktu lalu. Walau demikian, saat momen Lebaran, Een sempat menjumpai keluarga di rumah orang tuanya di Gang Murni II, Jalan Sultan Hasanuddin, Kota Dumai. Een cuma empat hari di rumah. ”Waktu itu dia rupanya tugas untuk membantu evakuasi di Danau Toba,” terang Kadir. ( tib/feb/run)