Minggu, 21 Desember 2025

Tiga Mayat Keluar dari Kubur

- Selasa, 13 November 2018 | 09:18 WIB

METROPOLITAN -  “Ketemu... nih ketemu,” teriak seorang petugas mengenakan rompi oranye yang ikut membantu mencari jenazah yang keluar dari kubur di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cikaret. Sejak hujan deras mengguyur Bogor pada Minggu (11/11), air terus masuk ke area pemakaman hingga membuat tembok pembatas makam ikut jebol. Akibatnya, tiga jenazah terbawa arus hingga keluar dari kubur. Senin (12/11) pagi, warga di RW 12, Kelurahan Cikaret, Kecamatan Bogor Selatan, sudah berkumpul di area pemakaman. Mereka berkerumun menyaksikan pencarian jenazah yang sempat hilang terbawa arus. Petugas dari Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pun turut terlibat dalam pencarian jenazah. Menurut Ketua RW 12 Esma Subakti, jenazah yang keluar dari kubur itu lokasinya berada di pinggir tembok yang jebol. “Iya, tiga makam itu ada di pinggir tembok. Karena temboknya ambrol, jadi jenazahnya itu keluar,” kata Esma. Saat pencarian, petugas berhasil menemukan jenazah yang masih berbalut kain kafan. Perlahan kain itu pun dibersihkan dari tumpukan tanah. Kain kafan itu pun sudah lusuh, lepek dan terlipat di beberapa bagian. “Itu mah Bu Oom,” ujar seorang warga. Ya, jasad yang berbentuk tulang belulang itu merupakan jasad Ibu Romlah alias Bu Oom, yang dikenali dari tanda di kainnya. Almarhumah Oom dimakamkan di TPU yang diisi ratusan makam itu sejak enam tahun lalu. Perlahan, petugas mengangkat kain tersebut dan menutupnya dengan tikar berwarna cokelat. Petugas dan warga pun kembali melakukan penggalian. Sebab, di TPU tersebut ada tiga makam yang terdampak derasnya arus air yang menjebol bendungan di sekitar TPU. Tanah longsor itu tak terhindarkan, tiga makam ikut terbawa. Hanya selang 20 menit kemudian, bapak bertopi lalu dengan lantang berujar. “Tah hiji deui,” ucapnya. Akhirnya jasad ketiga pun ditemukan. Kondisi jasad ditemukan mirip dengan kondisi sebelumnya, terkubur tanah dengan kondisi kain yang sudah lapuk dan tinggal tulang belulang. “Itu mah Sugih,” kata warga yang membantu petugas evakuasi. Rohmat atau akrab disapa Sugih yang dimakamkan sekitar delapan tahun lalu, juga berhasil ditemukan. Tangis pun pecah saat jasad diangkat, terlebih keluarga yang juga melihat proses evakuasi. Kain kafan kedua jasad tersebut pun diganti kain baru dan dibawa untuk dimakamkan kembali. Sebelumnya, bencana tanah longsor yang menimpa RW 12, Kelurahan Cikaret, Kecamatan Bogor Selatan, pada Minggu (11/11) lalu, menyebabkan tanah di Tempat Pemakaman Umum (TPU) setempat ikut terdampak. Alhasil, tiga makam tergerus longsor dan menyebabkan jenazah di dalamnya hilang. Satu jenazah berhasil ditemukan pada Minggu (11/11) malam. Yakni jenazah Giri Pastika, warga Cikaret yang meninggal lima tahun silam. Penjaga TPU Cikaret, Ma’sum, mengatakan bahwa jenazah yang kemarin ditemukan merupakan jasad yang lebih dari enam tahun lalu. Atas permintaan keluarga, ketiga jenazah itu digantikan kain kafannya dan dikuburkan kembali di pemakaman umum yang sama, di lokasi tak jauh dari pertama dimakamkan. “Kira-kira empat, enam dan delapan tahun lalu dikubur. Semuanya penduduk RW 12, Kelurahan Cikaret. Diganti dulu (kain kafannya, red) dengan yang baru,” katanya kepada Metropolitan, kemarin. Ia mengaku awalnya mendengar suara gemuruh dari arah TPU. Ketika dicek, ternyata tebingan di ujung makam dekat sungai terbawa longsor. Parahnya, longsor itu ikut membawa tiga makam yang berada di ujung tebingan. Saat tiba di TPU, ia melihat dinding pembatas dan tiga makam dalam kondisi ambruk. Ketika itu Ma’sum juga melihat satu jasad terbungkus kain kafan terbujur di lokasi kejadian. ”(Mayatnya, red) tengkurap, posisinya sama seperti waktu dimakamkan pertama kali. Masih pakai kain kafan yang utuh juga. Alhamdulillah semua sudah ditemukan hari ini (kemarin, red),” terangnya. Sementara itu, Lurah Cikaret Saepudin menturukan, limpasan air itu terjadi akibat kebocoran bendungan. Curah hujan yang tinggi disinyalir menjadi salah satu penyebabnya. Pihaknya pun segera memperbaiki Tebing Pembatas Tanah (TPT) yang lebih kuat di lokasi tersebut untuk menahan limpasan air saat curah hujan tinggi. “Airnya ya langsung dari atas, hujan dan juga derasnya saluran air. Kebendung semua di TPT. Nah karena nggak kuat, jadi limpasan jatuh ke dekat pemakaman,” tutup Saepudin. (ryn/c/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X