Senin, 22 Desember 2025

Reka Ulang Adegan Pembunuhan Anak Di Bogor Balita Jadi Tumbal Asmara Ibu Kandung

- Sabtu, 17 November 2018 | 08:59 WIB

METROPOLITAN -  “Brukk...,” suara tubuh mungil BIB, balita berusia tiga tahun, membentur tembok kamar kos. BIB pun menangis tak kuasa menahan sakit akibat tendangan Gian Gunawan alias Dion (28), pacar ibunya sendiri. Balita tanpa dosa itu jadi tumbal asmara yang selama ini dijalin ibu kandungnya berinisial D. DUA bulan sudah Gian me­madu kasih tanpa ikatan perni­kahan dengan ibu korban. Ru­panya, hubungan itu membawa petaka bagi darah daging pacar pelaku, yang akhirnya tewas disiksa Gian. Setiap harinya, tubuh BIB habis dianiaya. Sebab, lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai sopir taksi online itu sering mencubit, memukul dan menampar BIB. Puncaknya saat Minggu (14/10) dini hari. Ketika korban yang tengah tidur dibangunkan pela­ku dengan menarik telinganya, lalu diguyur air di kamar man­di. Tak sampai di situ, korban pun dipukuli perutnya hingga tak sadarkan diri. Hanya beberapa jam dari ma­lam nahas itu, BIB pun muntah-muntah hingga harus meregang nyawa saat mendapat perto­longan rumah sakit. Hal itu terkuak dalam rekonstruksi pembunuhan sadis di rumah kos bilangan Bantarjati, Keca­matan Bogor Utara, pertengahan Oktober. Tak disangka, tendangan ter­sebut jadi salah satu penyebab kematian BIB. Bahkan sebelum­nya, BIB sempat dicekoki cabai rawit dan digigit telinga kanan­nya oleh pelaku Gian yang se­lama ini sudah menjain hu­bungan dengan ibu kandung BIB. Kanit Reskrim Polsek Bogor Utara Ipda Herwanda menga­takan, kasus kematian BIB, ba­lita berusia tiga tahun yang di­siksa hingga tewas oleh pacar ibu kandung korban pada 14 Oktober lalu, Gian Gunawan alias Dion, pacar dari ibu korban, di bilangan Bantarjati, Kecama­tan Bogor Utara, pertengahan Oktober lalu, itu tengah mema­suki masa rekonstruksi untuk mengetahui persis peristiwa saat kejadian. Sehari setelah penang­kapan Dion, ibu korban, D, pun ditetapkan sebagai tersangka. “Ada 31 adegan, malam itu saat penyiksaan, sebelum B kehi­langan nyawa. Namun baru adegan ketiga, DN ini merasa sakit, makanya diperankan peng­ganti. Semua gerakan dilakukan lancar untuk mengungkap fakta sebenarnya,” katanya ke­pada Metropolitan, kemarin. Hasilnya, jelas Herwanda, ter­bukti telah terjadi beberapa kekerasan tehadap korban. Di antaranya adegan 12, saat pela­ku mencekoki korban dengan cabai rawit ke mulutnya. Sadis­nya, itu dilakukan saat pelaku sedang men-strap korban yang disuruh berdiri dengan alasan supaya kuat dan tahan banting. “Sambil berdiri dicekoki. Nah di adegan 13, pelaku menendang perut korban sampai mental lah kena tembok. Di situ si ibu dis­uruh ngangkat korban ke tempat tidur,” paparnya. Kesakitan, BIB pun dibopong ke tempat tidur. Mirisnya, sang ibu malah membiarkan dan seakan cuek melihat anaknya menerima siksaan Dion. “Pas tidur itu, sempat juga digigit kan,” ujarnya. Saat malam mulai berganti pagi, tutur Herwanda, korban sempat dibangunkan untuk makan bersama. Namun di­duga karena ada masalah dengan pencernaannya, korban muntah-muntah dan tidak menerima masukan makanan apa pun yang masuk ke mulutnya. “Di situ mulai panas, muntah-muntah. Si pelaku sempat bilang, ‘urus tuh’. Tak lama dia pergi dengan alasan kerja. Kemudian sekitar jam sembilan, ibu korban keluar dan minta tolong warga. Tapi alasannya bukan dipukul, tapi anaknya jatuh dari kamar mandi,” ungkapnya. Menurut pengakuan ibu kor­ban, ia terpaksa diam saja ka­rena takut berkelahi dengan pacarnya itu. Demi menjaga hubungan dengan kekasihnya itu, D tega menumbalkan anak kandungnya hingga habis di­siksa. Sehingga saat penyiksaan berlangsung selama mereka kumpul kebo di tempat kos itu, D diam saja. Dari 31 adegan rekonstruksi, semua sesuai ke­terangan yang tertera dalam BAP. “Penyebab belum pasti ya, harus menunggu hasil autopsi. Kami membuka apa yang terjadi dan kemungkinan penyebabnya,” terangnya. Pihaknya juga masih menelu­suri adanya dugaan kelainan jiwa dari kedua pelaku. Terlebih ibunya yang tega membiarkan anak kandungnya disiksa hing­ga tewas. “Perlu ahli yang men­jelaskan,” ucapnya. Sementara itu, pemilik rumah kos, Loka, mengaku sejak awal tidak menaruh curiga terhadap kehadiran ‘keluarga’ itu. Sebab selama tiga minggu mengontrak, tidak ada tanda-tanda atau ter­dengar teriakan dari korban. Namun ia mengakui saat per­tama kali BIB datang dengan ibunya, telihat luka lebam di pipi. “Tapi katanya sih jatuh dari tangga di kontrakan sebe­lumnya,” ujar Loka. Dion dan D memang dikenal tertutup dan kurang bergaul, sehingga Loka tidak bisa men­ceritakan detail kehidupan pasangan kumpul kebo itu. Padahal sejak pertama masuk kos, Dion mengaku sudah me­nikah dengan D, dengan BIB sebagai anaknya. “Namun me­mang dia kan ngakunya kerja luar kota, jadi jarang ketemu. Alasannya berkas nikah masih ada di Sukabumi. Pernah ham­pir saya tegur dan mau saya usir karena tidak jelas, eh ma­lah kejadian seperti ini,” papar­nya. (ryn/c/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X