METROPOLITAN - Kabar duka datang dari politikus Bogor. Mantan Ketua DPRD Kabupaten Bogor dan mantan anggota DPR RI dari Fraksi PPP H R Endang Kosasi tutup usia setelah dirawat di RSUD Ciawi. Almarhum dimakamkan tepat di samping makam bibinya, Sri Bandiyah, dan pamannya, Raden Tatang Hasanudin, yang dulu pernah ia tumpangi semasa kecil. Dalam sambutannya mewakili keluarga dan Ruhandi yang juga mantan ketua DPRD Kabupaten Bogor mentokoh masyarakat Bogor, Ade gatakan, sosok alamarhum HR Endang Kosasih merupakan sosok guru bagi semua politisi. ”Sebagai adik asuh, saya merasakan kontribusi almarhum HR Endang Kosasih dalam pembangunan Kabupaten Bogor maupun Jawa Barat cukup besar, hingga hari ini kita merasa kehilangan sosok beliau,” kata Ade Ruhandi, Jumat (23/11). Ia menerangkan, almarhum merupakan guru politik bagi para politikus hingga tidak hanya dihormati di PPP, tetapi juga disegani politikus partai politik lainnya. ”Politikus partai politik lain pun kerap berguru ke almarhum dan dia juga kerap mengenyampingkan kepentingan pribadi maupun golongannya demi kepentingan Kabupaten Bogor maupun kepentingan nasional. Melihat proses almarhum pergi untuk selama-lamanya, saya yakin beliau meninggal dalam keadaan husnul khatimah,” terang politisi Partai Golkar ini. Sementara mantan Wakil Ketua DPC PPP Kabupaten Bogor H Topik mengaku mengenal sosok HR Endang Kosasih sebagai tokoh yang membesarkan partai berlambang Kakbah. Almarhum adalah tokoh PPP pertama yang bisa menjadi Ketua DPRD Kabupaten Bogor. ”Dulu waktu beliau menjabat ketua DPC PPP Kabupaten Bogor, kebetulan saya menjadi wakilnya, dan di masa kepemimpinan almarhum baru pertama polikus PPP bisa menjadi ketua DPRD Kabupaten Bogor,” ucap Topik. Ia melanjutkan, almarhum HR Endang Kosasih merupakan politisi yang santun dan tidak pelit dalam memberikan ilmunya kepada politisi lainnya. Tak heran ketika pemakamannya dihadiri banyak politisi lintas partai yang datang melayat. ”Dia adalah guru bagi politisi dan ilmu agamanya juga sangat baik karena beliau dulunya pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Buntet Kota Cirebon, yang saat itu dipimpin KH Abbas,” lanjutnya. Anak bungsu HR Endang Kosasih, Nurmaulida Syifa, mengenang almarhum adalah sosok ayah yang paham betul tentang agama, tidak pernah marah tetapi tegas. Hingga anak-anaknya tahu apa yang harus dilakukan tanpa diperintah. ”Sebagai politikus, almarhum ayah memang kerap pulang malam. Karena sebagai politikus, banyak teman dari ragam partai politik yang ia harus temui. Kepada keluarga, dia melarang kami untuk golput tetapi demokratis. Hingga tidak pernah memaksakan hak politik anak-anaknya untuk memilih calon presiden, calon kepala daerah atau calon legislatif yang diusung almarhum,” tutur Syifa. (in/feb/run)