Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor mendadak jadi buah bibir di jagat maya. Ini menyusul beredarnya percakapan grup WhatsApp mahasiswa UIKA yang isinya diduga memaksa mereka ikut acara Reuni 212. Bahkan keikutsertaan mahasiswa itu bakal ditukar dengan jaminan nilai A pada Ujian Tengah Semester (UTS).
Sebuah capture percakapan di grup WhatsApp soal kewajiban mahasiswa UIKA untuk mengikuti aksi Reuni 212 menjadi perbincangan di media sosial (medsos). Akun Instagram @gusdurianbogor mengunggah capture-an percakapan tersebut dan di-mention ke akun Twitter beberapa tokoh, termasuk Presiden RI Jokowi.
Dalam percakapan itu, ada penekanan agar mahasiswa ikut dalam Reuni 212 di Monas Jakarta, (2/2/18). “Assalamualaikum diumumkan untuk uts pak Dahlan diganti menjadi mengikuti aksi 212 pada 2 Desember 2018, wajib ikut soalnya disana nanti ada pak Dahlannya. Wajib, nanti kalaunenggaknikut enggak dapat nilai,” begitu bunyi percakapan yang beredar di medsos.
Dari hasil penelusuran Metropolitan, dugaan tukar guling nilai UTS yang dilakukan seorang dosen bernama Dahlan memang benar adanya.
Berdasarkan keterangan dari mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Agama Islam (FAI) UIKA Bogor, kejadian itu bermula saat salah satu dosen mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI di SMP, Dahlan, hendak menggelar UTS, beberapa waktu lalu.
Lantaran rendahnya intensitas tatap muka dengan mahasiswa PAI semester V, Dahlan memberi pilihan kepada mahasiswanya untuk mengganti nilai UTS. Menurut mahasiwa semester V yang enggan disebutkan namanya, Dahlan yang menjabat wakil Dekan III FAI itu memberi pilihan agar mahasiswanya ikut Reuni Aksi 212.
“Ya sudah, UTS kita ganti jadi datang ke Reuni Aksi 212. Yang datang ke Reuni Aksi 212 bapak kasih nilai A. Yang tidak datang nggak dapat nilai,” tutur salah satu mahasiswi, lengkap dengan memperagakan perkataan Dahlan saat itu.
Tak hanya sampai di situ, wanita yang juga duduk di kelas PAI 5 D itu mengaku kendati tidak mengutarakan wajib atau tidaknya hadir dalam Reuni Aksi 212 secara langsung, Dahlan seolah memberi intimidasi dan penekanan berlebih kepada mahasiswa yang tidak mengikuti atau tidak hadir dalam reuni aksi yang bakal berlangsung di Monas Jakarta tersebut.
“Pak Dahlan bilang kayak gini, nanti juga bakal kelihatan kok yang datang dengan tidak datang. Yang datang nanti dapat nilai A, dengan syarat menyerahkan foto atau ketemu langsung dengan saya di sana,” tegas wanita itu sambil memperagakan perkataan Dahlan lagi.
Mahasiswa lainnya juga mengatakan bahwa ujian sebenarnya baru dilaksanakan Senin pekan depan. Meskipun dari jadwal kampus, UTS dijadwalkan 5-17 November. Sebab, dosen tersebut diketahui jarang masuk. “Memang sudah (lewat jadwal UTS, red) tapi dia kan belum karena nggak pernah masuk dosennya. Makanya Minggu pekan depan. Aturan Senin-nya karena hari Minggu-nya ada aksi, lalu jadi opsi, jadi aksi saja,” sebutnya.
Sementara Ketua Kelas PAI Semester V D Fatah membenarkan adanya kejadian tersebut. Ia menceritakan kejadian bermula saat Dahlan memberi pilihan pengganti UTS, antara mengerjakan tugas dengan pergi ke Reuni Aksi 212. “Awalnya kita diberi dua pilihan. Pak Dahlan memberi pilihan, mau mengerjakan tugas soal atau pergi ke 212,” tutur Fatah saat dikonfirmasi.
Saat disinggung soal keterkaitan mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI di SMP dengan Reuni Aksi 212, Fatah mengaku tidak mengetahui alasan sang dosen. “Kalau soal itu saya kurang tahu, tapi yang jelas dulu Pak Dahlan bilang ada sangkut pautnya terkait Aksi 212 dengan pendidikan,” singkatnya.
Percakapan yang telanjur viral itu pun menyita perhatian Ernest Prakasa. ”Bukan masalah pro atau anti-Reuni 212, tapi masa iya seorang dosen perguruan tinggi negeri menyalahgunakan wewenang seperti ini?” tulisnya.
Menyikapi hal itu, Humas UIKA Bogor Nurdin Al-Aziez mewakili pihak universitas buka suara. Nurdin membantah adanya instruksi dosen untuk ikut Aksi 212. Ia pun menjelaskan bahwa kronologis mencuatnya informasi itu setelah ada satu mahasiswa yang bertanya apakah boleh mengikuti Reuni 212. Karena itu dijawab dengan ‘silakan’. Kemudian tanpa sepengetahuannya, ketua kelas (komti) menyampaikan setiap mahasiswa di kelas tersebut wajib ikut Reuni 212 melalui grup WhatsApp.