Senin, 22 Desember 2025

Nggak Ikut Reuni 212 nggak Dapat Nilai

- Rabu, 28 November 2018 | 11:18 WIB

Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor mendadak jadi buah bibir di jagat maya. Ini menyusul beredarnya percakapan grup WhatsApp mahasiswa UIKA yang isinya diduga memaksa mereka ikut acara Reuni 212. Bahkan keikutsertaan mahasiswa itu bakal ditukar dengan jaminan nilai A pada Ujian Tengah Semester (UTS).

Sebuah capture percakapan di grup WhatsApp soal kewajiban mahasiswa UIKA untuk mengik­uti aksi Reuni 212 menjadi per­bincangan di media sosial (med­sos). Akun Instagram @gusdu­rianbogor mengunggah capture-an percakapan tersebut dan di-mention ke akun Twitter beberapa tokoh, termasuk Pre­siden RI Jokowi.

Dalam percakapan itu, ada penekanan agar mahasiswa ikut dalam Reuni 212 di Monas Ja­karta, (2/2/18). “Assalamualaikum diumumkan untuk uts pak Dah­lan diganti menjadi mengikuti aksi 212 pada 2 Desember 2018, wajib ikut soalnya disana nanti ada pak Dahlannya. Wajib, nan­ti kalaunenggaknikut enggak dapat nilai,” begitu bunyi per­cakapan yang beredar di medsos.

Dari hasil penelusuran Metro­politan, dugaan tukar guling nilai UTS yang dilakukan seorang dosen bernama Dahlan memang benar adanya.

Berdasarkan keterangan dari mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Agama Islam (FAI) UIKA Bogor, kejadian itu bermula saat salah satu dosen mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI di SMP, Dah­lan, hendak menggelar UTS, beberapa waktu lalu.

Lantaran rendahnya intensitas tatap muka dengan mahasiswa PAI semester V, Dahlan mem­beri pilihan kepada mahasiswa­nya untuk mengganti nilai UTS. Menurut mahasiwa semester V yang enggan disebutkan nama­nya, Dahlan yang menjabat wa­kil Dekan III FAI itu memberi pilihan agar mahasiswanya ikut Reuni Aksi 212.

“Ya sudah, UTS kita ganti jadi datang ke Reuni Aksi 212. Yang datang ke Reuni Aksi 212 bapak kasih nilai A. Yang tidak datang nggak dapat nilai,” tutur salah satu mahasiswi, lengkap dengan memperagakan perkataan Dah­lan saat itu.

Tak hanya sampai di situ, wa­nita yang juga duduk di kelas PAI 5 D itu mengaku kendati tidak mengutarakan wajib atau tidaknya hadir dalam Reuni Aksi 212 se­cara langsung, Dahlan seolah memberi intimidasi dan peneka­nan berlebih kepada mahasiswa yang tidak mengikuti atau tidak hadir dalam reuni aksi yang bakal berlangsung di Monas Ja­karta tersebut.

“Pak Dahlan bilang kayak gini, nanti juga bakal kelihatan kok yang datang dengan tidak datang. Yang datang nanti dapat nilai A, dengan syarat menyerahkan foto atau ketemu langsung dengan saya di sana,” tegas wanita itu sambil memperagakan perka­taan Dahlan lagi.

Mahasiswa lainnya juga men­gatakan bahwa ujian sebenarnya baru dilaksanakan Senin pekan depan. Meskipun dari jadwal kampus, UTS dijadwalkan 5-17 November. Sebab, dosen tersebut diketahui jarang masuk. “Memang sudah (lewat jadwal UTS, red) tapi dia kan belum karena nggak pernah masuk dosennya. Ma­kanya Minggu pekan depan. Aturan Senin-nya karena hari Minggu-nya ada aksi, lalu jadi opsi, jadi aksi saja,” sebutnya.

Sementara Ketua Kelas PAI Semester V D Fatah membenar­kan adanya kejadian tersebut. Ia menceritakan kejadian ber­mula saat Dahlan memberi pi­lihan pengganti UTS, antara mengerjakan tugas dengan pergi ke Reuni Aksi 212. “Awalnya kita diberi dua pilihan. Pak Dah­lan memberi pilihan, mau mengerjakan tugas soal atau pergi ke 212,” tutur Fatah saat dikonfirmasi.

Saat disinggung soal keterkai­tan mata kuliah Sistem Pembe­lajaran PAI di SMP dengan Re­uni Aksi 212, Fatah mengaku tidak mengetahui alasan sang dosen. “Kalau soal itu saya kurang tahu, tapi yang jelas dulu Pak Dahlan bilang ada sangkut paut­nya terkait Aksi 212 dengan pen­didikan,” singkatnya.

Percakapan yang telanjur viral itu pun menyita perhatian Ernest Prakasa. ”Bukan masalah pro atau anti-Reuni 212, tapi masa iya seorang dosen perguruan tinggi negeri menyalahgunakan wewenang seperti ini?” tulisnya.

Menyikapi hal itu, Humas UIKA Bogor Nurdin Al-Aziez mewakili pihak universitas buka suara. Nurdin membantah ada­nya instruksi dosen untuk ikut Aksi 212. Ia pun menjelaskan bahwa kronologis mencuatnya informasi itu setelah ada satu mahasiswa yang bertanya apakah boleh mengikuti Reuni 212. Ka­rena itu dijawab dengan ‘silakan’. Kemudian tanpa sepengetahu­annya, ketua kelas (komti) me­nyampaikan setiap mahasiswa di kelas tersebut wajib ikut Reu­ni 212 melalui grup WhatsApp.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X