METROPOLITAN - Tindakan salah satu dosen Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor yang diduga mewajibkan mahasiswanya mengikuti Reuni Aksi 212 di Jakarta sebagai pengganti Ujian Tengah Semester (UTS), membuat Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Mohammad Nasir angkat bicara. Mohammad Nasir menyayangkan adanya peristiwa tersebut. Sebab, menurutnya, kejadian tersebut merupakan salah satu contoh buruk yang tidak patut di jenjang sekolah maupun unidilakukan tenaga pendidik, baik versitas. “Tidak benar itu, UTS seharusnya dinilai atas dasar prestasi pembelajaran di kelas. Kalau disangkutpautkan dengan Reuni Aksi 212, tidak benar itu,” ujar Nasir kepada Metropolitan melalui telepon, kemarin sore. Nasir juga mengaku telah mendengar kabar tersebut dan akan menindaklanjutinya. Sebab jika dibiarkan, ditakutkan bakal terjadi distorsi dalam dunia pendidikan. “Saya akan serahkan kasus ini kepada Dirjen Kelembagaan, nanti biar Dirjen yang mengurus serta mendalami secara rinci kasus ini. Intinya proses pembelajaran atau akademik tidak boleh dikaitkan dengan politik. Kalau seperti ini, mutu pendidikan di perguruan tinggi Indonesia akan kena masalah,” paparnya. UTS sendiri merupakan salah satu sarana evaluasi guna mengetahui sejauh mana perkembangan peserta didik selama mendapat pengajaran dan materi perkuliahan. “Jadi idealnya sebuah UTS seharusnya dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan peserta didik di kelas,” ucapnya. Disinggung soal pendapat pribadi dengan adanya kejadian tersebut, Nasir menegaskan hal tersebut merupakan satu kesalahan besar yang dilakukan seorang dosen di UIKA Bogor. “Menurut saya itu tidak boleh. Maka dari itu nanti saya akan suruh Dirjen Kelembagaan mendalami dan mengkaji lebih dalam lagi. Secepatnya akan kita tindaklanjuti,” tegas Nasir. Sebelumnya, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan UIKA M Hariansyah mengaku telah menerima aduan dari sejumlah mahasiswa FAI PAI pada Kamis (29/12), terkait Reuni Aksi 212 sebagai salah satu pengganti UTS mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI di SMP. Ia juga mengaku akan memanggil keduanya pada Senin (3/12). “Kalau dari pihak rektorat, Senin nanti akan kita selesaikan permasalahan itu. Saat ini saya sedang bersama rektor ada di Bandung menghadiri acara Dikti,” singkatnya. (ogi/c/mam/run)