METROPOLITAN - Kasus krisis gizi buruk di Kota Bogor rupanya dipicu tingginya angka kehamilan di usia dini. Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, angka kehamilan pada usia muda di bawah 20 tahun masih terbilang tinggi, yakni mencapai 812 ibu hamil. Kepala Bidang Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat (PKM) Dinkes Kota Bogor dr Erna Nuraena mengatakan, hal itu jika dipresentasekan sebanyak 3,8 persen dari seluruh ibu hamil di Kota Bogor. ”Untuk yang di luar nikah, kami tidak memiliki data karena kita tidak memilah. Tapi kami punya datanya, jumlah ibu hamil yang usianya di bawah 20 tahun, pada 2017: 812 orang atau sama dengan 3,8% dari seluruh ibu hamil, untuk 2018 belum ada data, masih dikumpulkan dari puskesmas,” katanya. Erna menjelaskan kehamilan pada ibu usia muda merupakan kehamilan dengan risiko tinggi yang dapat menyebabkan komplikasi pada ibu dan bayi. Kondisi itu dikarenakan kondisi fisik ibu yang belum siap untuk proses persalinan dan kehamilan. ”Iya, selain itu juga kondisi psikis ibu yang secara mental emosional belum siap. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi antara lain tekanan darah tinggi sampai keracunan kehamilan (eklampsia), perdarahan, persalinan lama, bayi prematur dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), depresi pasca-persalinan,” jelasnya. Selain itu, lanjut Erna, ibu muda yang belum siap merawat anak akan berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang bayinya. ”Risikonya bayi kurang gizi, tumbuh kembangnya tidak optimal,” ujarnya. Tak hanya itu, risiko terbesarnya adalah ibu yang tidak siap bisa melakukan kekerasan terhadap anak seperti pembuangan bayi. ”Iya bisa, apalagi yang di luar nikah sudah ada beberapa kasus bayi yang dibuang,” ucapnya. (tib/feb/run)