METROPOLITAN - Kisah keluarga pengungsi asal Palestina ini viral dan menjadi perbincangan publik lantaran sempat menjajakan dagangannya di deretan PKL Stadion Pakansari yang masuk zona merah alias harus steril dari PKL.
Omar pun tak segan mengungkapkan keluh kesahnya di media sosial, sehingga menimbulkan simpati warganet. Bahkan memunculkan anggapan dirinya dan keluarga telantar tinggal di Bumi Tegar Beriman ini.
Namun, belakangan terkuak fakta bahwa sejak Agustus tahun lalu, International Networking for Humanitarian (INH) menganggarkan Rp27 juta untuk tempat tinggal keluarga Omar selama setahun. Perangai sang bapak yang temperamental membuat warga sekitar kontrakan gerah. Sehingga belum 12 bulan masa kontrak, keluarga itu pun dipindah ke D’Lisdin.
Belum lagi saat lapak yang dia gelar di sekitaran Pakansari digasak Satpol PP Kabupaten Bogor. Omar pun marah lantaran menyebut warga lokal boleh berjualan, sedangkan imigran tidak boleh.
Upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor bersama United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), International Networking for Humanitarian (INH) dan LSM Masyarakat Pejuang Bogor (MPB) memindahkan keluarga ini ke hunian baru tidak mudah. Warga Nirwana Golden Park nyatanya tidak tahu-menahu keluarga pengungsi itu pindah ke lingkungan mereka.
“Harusnya ada rundingan dulu dengan warga, bicara dengan tetangga kanan kiri. Ini kan kami saja baru tahu. Kami belum bisa memutuskan (boleh atau tidak, red), saya tanya dulu warga,” kata Ketua RT 04/05, Nirwana Golden Park, Nur Budi.
Secara tersirat, ia agaknya khawatir jika kehadiran Omar bisa mengganggu ketenteraman warga perumahan yang sudah tinggal lebih dulu. Apalagi warga sudah mengetahui kisah Omar dan keluarga dari informasi yang beredar di media sosial. “Ya lihat sendiri lah di medsos,” paparnya.
(ryn/c/feb/run)