METROPOLITAN - Meringis, hanya itu yang bisa dilakukan Khaerul Islami. Bocah sepuluh tahun itu harus menahan sakit akibat luka bakar dari ledakan granat. Kini ia tengah menjalani perawatan medis di RSUD Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Warga Kampung Bubulak, RT 02/10, Desa Ciarutenilir, Kecamatan Cibungbulang, itu hanya bisa berbaring di RSUD Leuwiliang, sambil sekasur salah satu kamar yang ada sekali menahan rasa perih di bagian kedua kakinya yang mengalami luka bakar cukup hebat. Belum lagi masih ada serpihan granat yang menempel di kaki Khaerul, korban selamat dari granat maut Cibungbulang itu. ”Hingga kini belum dioperasi, saya sudah kasihan lihatnya meringis terus. Sebab serpihan sisa granat itu masih menempel,” kata saudara Khaerul yang enggan disebutkan namanya. Menurutnya, jika tidak dilakukan operasi, efeknya akan sangat mengkhawatirkan sehingga bisa berakibat fatal. Sebab, luka di kedua kakinya sangat parah. ”Percikan besi masih menempel di kakinya. Waktu tadi saja belum dilakukan pembersihan percikan bekas besi-besi itu,” ujarnya. Sementara itu, orang tua Khaerul masih belum percaya anaknya menjadi korban granat. Ia baru mengetahui kejadian itu berkat informasi yang diberikan saudaranya. “Saya kaget setelah dapat kabar dari saudara saya bahwa anak saya kena granat,’’ kata orang tua korban, Tatang, di RSUD Leuwiliang. Tatang pun berharap anak bungsu dari tiga bersaudara itu bisa sembuh total. Untuk saat ini anaknya akan dilakukan operasi kedua kakinya yang mengalami luka bakar. “Saya juga banyak terima kasih pada korem, dandim dan bupati yang akan membiayai penyembuhan ini,’’ ucap Tatang. Menanggapi hal itu, Humas RSUD Leuwiliang Bambang menjelaskan, pasien mengalami luka bakar di bagian kakinya. Lukanya diperkirakan hanya mencapai tiga persen. ”Untuk saat ini pasien masih tahap pemantauan. Belum ada untuk dilakukan operasi. Karena kalau luka bakar ada jaringan-jaringan yang mati,” katanya. Namun, sambungnya, kondisi pasien saat ini sudah bisa diajak komunikasi. Tetapi para pengunjung belum bisa memasuki ruang pasien tersebut. ”Pasien sudah diajak komunikasi. Hingga kini pasien butuh istirahat penuh,” ujarnya. Di tempat terpisah, Bupati Bogor Ade Yasin mengaku berduka atas kejadian tersebut. Ia secara pribadi sudah menjenguk korban selamat. Dalam waktu dekat, korban akan menjalani operasi untuk mengangkat serpihan granat yang masih menempel di kakinya. “Pengobatan akan dijamin gratis hingga sembuh. Kami juga akan memberikan uang santunan kepada keluarga korban,” katanya seraya menambahkan bahwa setelah kejadian, pihaknya terus melakukan koordinasi bersama aparat TNI-Polri. Di sisi lain, Danrem 061/Suryakancana Kolonel Inf Novi Hemly Prasetya angkat bicara mengenai peristiwa tersebut. Menurutnya, granat jenis SPG kaliber 40 milimeter dengan jangkauan 50 hingga 250 meter itu bisa digunakan satuan mana saja yang latihan di wilayah tersebut. Tetapi sepengetahuannya, belum ada satuan yang berlatih di lokasi tersebut sejak lima bulan lalu. “Kan banyak ya satuan yang latihan di situ. Lagi pula itu daerah terlarang, nggak boleh sembarangan masuk, apalagi anak-anak. Dari kami akan memberikan imbauan supaya waspada,” katanya saat ditemui Metropolitan selepas bertemu bupati di Pendopo, Cibinong, kemarin sore. Ia menjelaskan, ada standar operasi yang diterapkan saat ada satuan yang latihan di kawasan tersebut. Di antaranya melakukan sterilisasi setelah latihan selesai, yang menjadi tanggung jawab satuan yang berlatih itu. Untuk barang yang memakan ‘tumbal’ bocah itu, pihaknya belum mengetahui satuan mana yang terakhir menggunakan kawasan itu latihan. “Itu bukan barang baru, kayaknya (bekas, red) latihan sudah lama. Baru lima bulan Pak Dandim di sini, belum ada yang latihan di situ. Berarti masa yang sebelumnya. Setelah latihan, itu pasti penyisiran sterilisasi, mungkin ada yang tertinggal,” ucapnya. Seharusnya, tutur Novi, jika warga menemukan benda mencurigakan di lokasi latihan atau tempat berbatasan dengan warga, segera diberikan kepada aparat terkait dan tidak digunakan sembarangan, apalagi dijadikan mainan oleh anak-anak. Pertemuan dengan Bupati Bogor Ade Yasin pun agaknya membahas hal-hal yang perlu dilakukan agar tidak terjadi hal serupa di kawasan terlarang itu. “Setiap latihan itu ada izinnya, jadi ya ketat penjagaannya, nggak bebas. Makanya warga menyerahkan ke petugas kalau ada benda di kawasan latihan. Selain silaturahmi, perkenalan karena saya masih baru, kami bahas itu juga,” terangnya. (ryn/c/rez/run) 1