Senin, 22 Desember 2025

Khaerul Islami Tiap Malam Merintih Sakit

- Sabtu, 16 Februari 2019 | 08:16 WIB

METROPOLITAN - Meringis, hanya itu yang bisa dilakukan Khaerul Islami. Bocah sepuluh tahun itu harus mena­han sakit akibat luka bakar dari ledakan granat. Kini ia tengah menjalani perawatan medis di RSUD Leuwiliang, Kabupaten Bogor.

Warga Kampung Bubulak, RT 02/10, Desa Ciarutenilir, Kecamatan Cibung­bulang, itu hanya bisa berbaring di RSUD Leuwiliang, sambil sekasur salah satu kamar yang ada sekali menahan rasa perih di bagian kedua kakinya yang men­galami luka bakar cukup hebat. ­ Belum lagi masih ada serpihan granat yang menempel di kaki Khaerul, korban selamat dari granat maut Cibungbulang itu. ”Hingga kini belum dioperasi, saya sudah kasihan lihatnya me­ringis terus. Sebab serpihan sisa granat itu masih menempel,” kata saudara Khaerul yang eng­gan disebutkan namanya. Menurutnya, jika tidak dilaku­kan operasi, efeknya akan sang­at mengkhawatirkan sehingga bisa berakibat fatal. Sebab, luka di kedua kakinya sangat parah. ”Percikan besi masih menempel di kakinya. Waktu tadi saja belum dilakukan pembersihan percikan bekas besi-besi itu,” ujarnya. Sementara itu, orang tua Khae­rul masih belum percaya anaknya menjadi korban granat. Ia baru mengetahui kejadian itu berkat informasi yang diberikan sau­daranya. “Saya kaget setelah dapat kabar dari saudara saya bahwa anak saya kena granat,’’ kata orang tua korban, Tatang, di RSUD Leuwiliang. Tatang pun berharap anak bungsu dari tiga bersaudara itu bisa sembuh total. Untuk saat ini anaknya akan dilakukan ope­rasi kedua kakinya yang menga­lami luka bakar. “Saya juga ba­nyak terima kasih pada korem, dandim dan bupati yang akan membiayai penyembuhan ini,’’ ucap Tatang. Menanggapi hal itu, Humas RSUD Leuwiliang Bambang menjelaskan, pasien mengalami luka bakar di bagian kakinya. Lukanya diperki­rakan hanya mencapai tiga persen. ”Untuk saat ini pasien masih tahap pemantauan. Belum ada untuk dilakukan operasi. Karena kalau luka bakar ada jaringan-jaringan yang mati,” katanya. Namun, sambungnya, kondisi pasien saat ini sudah bisa diajak komunikasi. Tetapi para peng­unjung belum bisa memasuki ruang pasien tersebut. ”Pasien sudah diajak komunikasi. Hing­ga kini pasien butuh istirahat penuh,” ujarnya. Di tempat terpisah, Bupati Bo­gor Ade Yasin mengaku berduka atas kejadian tersebut. Ia secara pribadi sudah menjenguk korban selamat. Dalam waktu dekat, korban akan menjalani operasi untuk mengangkat serpihan gra­nat yang masih menempel di kakinya. “Pengobatan akan di­jamin gratis hingga sembuh. Kami juga akan memberikan uang santunan kepada keluarga korban,” katanya seraya menambahkan bahwa setelah kejadian, pihaknya terus melakukan koordinasi ber­sama aparat TNI-Polri. Di sisi lain, Danrem 061/Surya­kancana Kolonel Inf Novi Hemly Prasetya angkat bicara mengenai peristiwa tersebut. Menurutnya, granat jenis SPG kaliber 40 mili­meter dengan jangkauan 50 hing­ga 250 meter itu bisa digunakan satuan mana saja yang latihan di wilayah tersebut. Tetapi sepeng­etahuannya, belum ada satuan yang berlatih di lokasi tersebut sejak lima bulan lalu. “Kan banyak ya satuan yang la­tihan di situ. Lagi pula itu daerah terlarang, nggak boleh semba­rangan masuk, apalagi anak-anak. Dari kami akan memberikan im­bauan supaya waspada,” katanya saat ditemui Metropolitan selepas bertemu bupati di Pendopo, Cibi­nong, kemarin sore. Ia menjelaskan, ada standar operasi yang diterapkan saat ada satuan yang latihan di kawasan tersebut. Di antaranya melakukan sterilisasi setelah latihan selesai, yang menjadi tanggung jawab satuan yang berlatih itu. Untuk barang yang memakan ‘tumbal’ bocah itu, pihaknya belum menge­tahui satuan mana yang terakhir menggunakan kawasan itu latihan. “Itu bukan barang baru, kayaknya (bekas, red) latihan sudah lama. Baru lima bulan Pak Dandim di sini, belum ada yang latihan di situ. Berarti masa yang sebelum­nya. Setelah latihan, itu pasti penyisiran sterilisasi, mungkin ada yang tertinggal,” ucapnya. Seharusnya, tutur Novi, jika warga menemukan benda men­curigakan di lokasi latihan atau tempat berbatasan dengan war­ga, segera diberikan kepada apa­rat terkait dan tidak digunakan sembarangan, apalagi dijadikan mainan oleh anak-anak. Perte­muan dengan Bupati Bogor Ade Yasin pun agaknya membahas hal-hal yang perlu dilakukan agar tidak terjadi hal serupa di kawa­san terlarang itu. “Setiap latihan itu ada izinnya, jadi ya ketat penjagaannya, nggak bebas. Makanya warga menyera­hkan ke petugas kalau ada ben­da di kawasan latihan. Selain silaturahmi, perkenalan karena saya masih baru, kami bahas itu juga,” terangnya. (ryn/c/rez/run) 1

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X